kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjajal bisnis lewat usaha keluarga di sektor garmen (2)


Rabu, 11 Juli 2018 / 16:11 WIB
Menjajal bisnis lewat usaha keluarga di sektor garmen (2)
ILUSTRASI. FENOMENA - Kishore Biyani


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tri Adi

Darah pengusaha mengaliri tubuh Kishore Biyani. Sang kakek merupakan saudagar yang memiliki toko pakaian di Mumbai. Dia pun ketika dewasa bergabung menjalankan bisnis keluarga. Namun cara menjalankan bisnis yang masih konvensional membuat Kishore tidak kerasan bekerja dengan keluarganya. Ia lantas memulai bisnis sendiri di sektor yang tidak keluar dari sektor garmen. Berawal dari menjual kain, Kishore mulai memproduksi sendiri produk celana.

Perjalanan bisnis Kishore Biyani mengembangkan Future Group terbilang panjang. Namun kepiawaian Kishore melihat peluang membuatnya tidak butuh waktu terlalu lama untuk bisa menghasilkan laba dan memperkuat posisi Future Group menjadi perusahaan ritel terbesar di India.

Pria ini memang berasal dari keluarga pebisnis. Kakeknya merupakan saudagar yang memiliki toko pakaian di kawasan Mumbai, India. Tumbuh di lingkungan pebisnis membuat Biyani lebih tertarik mengembangkan insting bisnis daripada sekolah.

Meski tercatat sebagai mahasiswa di Hassaram Rijhumal College of Commerce and Economics, Kishore lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kampus bersama teman sejawat. Dia percaya bahwa sekolah tinggi atau sekolah bisnis mungkin baik untuk manajer, tetapi bukan untuk wirausahawan.

Karier Biyani dimulai menjelang kelulusan dari bangku kuliah. Ia bergabung dengan bisnis keluarga berdagang kain dengan merek dagang Bansi Silk Mills. Bisnis ini sudah dikembangkan terlebih dahulu oleh sang ayah, saudara laki-laki, dan sepupu Kishore.

Namun Biyani merasa tidak bergairah dalam menjalankan bisnis keluarga itu. Dia merasa ide-ide kreatifnya diredam oleh budaya konservatif perusahaan yang dibawa oleh sang ayah. Akibatnya, ua hanya betah menghabiskan waktu dua hingga tiga jam per hari di kantor.

Oleh sebab itu Biyani berusaha untuk memulai bisnis sendiri di sektor yang tidak jauh. Ia memulai bisnis saat melihat tren celana berbahan stonewashed yang tengah tren di India pada awal tahun 1980-an. Ia menemukan pabrik lokal yang membuat kain mirip dengan bahan tersebut. Biyani mencoba untuk menjual produk itu seharga ratusan ribu rupee untuk pabrik garmen dan toko-toko terpilih di kota.

Usaha ini berkembang hingga ia memproduksi sendiri celana menggunakan kain tersebut dan meluncurkan perusahaan manufaktur garmen baru yang disebut Manz Wear pada tahun 1987. Sedangkan pakaian yang dihasilkan diberi merek dagang Pantaloon. Nama ini dipilih karena memberikan nuansa rumah mode Italia dan juga lebih dekat ke kata Pantaloon, yang dalam bahasa Urdu berarti celana panjang.

Pada tahap awal, perusahaan ini tidak berjalan semulus yang ia harapkan. Ia kerap dicibir oleh orang-orang. Para pengkritiknya meramalkan bisnisnya tidak akan maju. Selain itu, bank juga takut memberikan pinjaman karena bisnis Biyani tergolong baru.

Bahkan asosiasi pengecer memutuskan hubungan dengan Biyani. Tak mau berlarut-larut dengan masalah itu, Biyani mendirikan sebuah rantai toko waralaba yang hanya menjual celana Pantaloon pada 1991. Dia juga melakukan ekspansi dengan membuka toko pertama Pantaloon ke luar kota di daerah Goa.

Pada tahun 1992, Biyani melepaskan saham Pantaloon sebesar 60% guna mengumpulkan dana untuk ekspansi, peningkatan dan pemasaran toko. Namun langkah ekspansi ini tidak dibarengi dengan pengawasan manajerial waralaba yang ketat. Sehingga pada 1994, waralaba Pantaloon yang telah menghasilkan lebih dari INR 9 juta tapi cuma memiliki margin tipis.

Oleh sebab itu, Biyani mengubah Pantaloon dari sistem waralaba menjadi pengecer langsung menggunakan model department store. Pada Agustus 1997, ia menyewa dan mengubah properti 930 m di Kolkata untuk mendirikan toko ritel terbesar di India kala itu. Ia menerapkan strategi efisiensi untuk mengembangkan bisnis. Sementara pertumbuhan kelas menengah di India membantu bisnisnya kian berkembang.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×