kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Menunggu Kejatuhan Pasar untuk Beli Saham Bukanlah Strategi yang Efektif


Minggu, 15 September 2024 / 21:00 WIB
Menunggu Kejatuhan Pasar untuk Beli Saham Bukanlah Strategi yang Efektif
ILUSTRASI. Warren Buffett sering menggambarkan filosofi investasinya sebagai membeli bisnis yang hebat dengan harga murah.. REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo


Sumber: Yahoo Finance | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett, salah satu investor legendaris dunia, sering menggambarkan filosofi investasinya sebagai membeli bisnis yang hebat dengan harga murah.

Namun, di rapat tahunan pemegang saham Berkshire Hathaway pada tahun 1996, seorang pemegang saham bertanya, faktor mana yang lebih penting: menunggu harga turun atau langsung membeli bisnis hebat tersebut.

Buffett menjawab dengan tegas, "Saya pikir lebih baik memilikinya saja."

Mengapa Menunggu Bisa Jadi Strategi yang Sia-sia

Buffett menekankan bahwa mencoba memprediksi penurunan harga atau kecelakaan pasar tanpa adanya bukti yang jelas mengenai kinerja perusahaan bisa membuat kita menunggu selamanya.

Baca Juga: 2 Saham Warren Buffett yang Dapat Anda Beli dan Pegang Selama Puluhan Tahun

Meskipun terlihat menggiurkan untuk membeli perusahaan yang baik pada saat terjadi kepanikan pasar, Buffett memperingatkan bahwa strategi ini seperti "menunggu epidemi flu layaknya seorang pengurus pemakaman."

Dengan kata lain, mengharapkan keuntungan besar dari waktu yang tepat justru bisa berujung pada kehilangan peluang. Buffett percaya bahwa mencoba memanfaatkan momen-momen terendah pasar tidaklah realistis.

Menunggu Kesuksesan yang Tidak Pasti

Buffett menjelaskan bahwa menemukan bisnis yang baik untuk diinvestasikan sudah cukup sulit. Namun, menemukan bisnis tersebut pada waktu yang tepat, saat pasar sedang turun dan Anda memiliki cukup uang tunai untuk berinvestasi, adalah "terlalu banyak untuk diandalkan."

"Anda tidak pernah mendapatkan manfaat dari ekstrem tersebut kecuali secara kebetulan Anda memiliki uang tunai dalam jumlah besar pada waktu tertentu," kata Buffett.

Baca Juga: 41 Portofolio Saham yang Dimiliki Warren Buffett, Porsi Terbesar Ada di Apple

Sentimen Buffett ini juga sejalan dengan pendapat investor terkenal lainnya, Peter Lynch. Dalam bukunya tahun 1996, "Learn to Earn", Lynch menyoroti bahwa mencoba menebak kapan pasar akan jatuh bukanlah strategi yang efektif.

Dia bahkan menunjukkan bahwa investor yang berinvestasi pada puncak pasar setiap tahun hanya berkinerja 1,1% lebih buruk daripada mereka yang berinvestasi di dasar pasar setiap tahun.

Lynch juga menegaskan, "Jauh lebih banyak uang yang hilang oleh investor yang mencoba memprediksi koreksi pasar daripada uang yang hilang dalam semua koreksi tersebut." Hal ini berarti, menunggu koreksi sebelum berinvestasi sering kali membuat investor kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan saat pasar sedang naik.

Waktu di Pasar Lebih Baik daripada Mengatur Waktu

Bagi Buffett dan banyak ahli investasi lainnya, "time in the market" (waktu yang dihabiskan di pasar) lebih penting daripada "timing the market" (mengatur waktu masuk pasar). Memprediksi pergerakan pasar sangatlah sulit dan sering kali tidak membawa hasil yang optimal.

Baca Juga: Pengamanan Ekstra Ketat, Elon Musk Dijaga 20 Bodyguard Setiap Bepergian

WisdomTree, sebuah perusahaan manajemen dana digital, merilis daftar prediksi pasar tahunan dari berbagai bank investasi besar pada akhir tahun 2022. Prediksi untuk indeks S&P 500 berkisar antara -4,3% hingga 17,2%. Namun, pada akhir tahun 2023, indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan 24,2%, mengalahkan semua 16 prediksi tersebut.

Sebuah analisis dari Wealthfront pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa probabilitas investor kehilangan uang adalah 25,2% jika mereka berinvestasi selama satu tahun. Namun, probabilitas tersebut turun menjadi 0,3% jika investor tetap berinvestasi selama 15 tahun, dan 0% jika jangka waktunya diperpanjang hingga 20 tahun.

Selanjutnya: HOYA Hadirkan Meiryo di Indonesia, Coating Lensa Kacamata dengan Performa Tertinggi

Menarik Dibaca: Dukung Kesadaran Maritim Lewat Edukasi kepada Masyarakat




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×