kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merencanakan Perjalanan ke China? Ini yang Perlu Diketahui Pelancong


Selasa, 27 Desember 2022 / 16:06 WIB
Merencanakan Perjalanan ke China? Ini yang Perlu Diketahui Pelancong
ILUSTRASI. China segera melonggarkan aturan pembatasan COVID-19. REUTERS/Aly Song


Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China akan segera melonggarkan aturan terkait COVID-19, setelah hampir tiga tahun diterapkan pembatasan yang ketat.

Bahkan pada Senin (26/12), Komisi Kesehatan Nasional (NHC) mengumumkan bahwa mulai 8 Januari 2023, COVID-19 akan diturunkan sebagai penyakit menular tingkat teratas dengan kategori A ke Kelas B yang juga mencakup HIV, virus hepatitis dan flu burung H7N9. 

Jika Anda merencanakan perjalanan ke Cina, inilah yang perlu Anda ketahui.

Baca Juga: Jepang Mewajibkan Tes COVID-19 Bagi Pelancong Asal China

Aturan Masuk 

Lewat aturan baru, yang akan berlaku mulai 8 Januari 2023, para pelancong tidak lagi dikenai persyaratan karantina. Namun, mereka harus mengikuti tes reaksi berantai polimerase (PCR) 48 jam sebelum penerbangan untuk memasuki negara tersebut.

Saat ini, semua penumpang yang tiba di China harus menjalani karantina terpusat wajib, persyaratan yang berlaku sejak Maret 2020. Namun, lamanya waktu semakin berkurang, dari awalnya tiga minggu menjadi hanya lima hari saat ini.

Ini adalah yang terbaru dari serangkaian pembatasan yang dicabut saat Beijing mengendurkan rezim nol-COVIDnya. Awal bulan ini, pemerintah China juga membatalkan kebijakan pengujian dan penguncian wajib.

Itu terjadi setelah protes nasional bulan lalu. Penerapan kebijakan nol-COVID yang ketat disalahkan karena menjungkirbalikkan kehidupan, pekerjaan serta pukulan keras bagi perekonomian.

Lockdown Lebih Singkat dan Diperkanankan Karantina di Rumah

China telah beralih dari pemberlakuan penguncian besar-besaran di seluruh lingkungan atau kota menjadi lebih terlokalisir. Sehingga penguncian masih dapat dilakukan pada sebuah  gedung atau bangunan jika kasus positif terdeteksi.

Namun, penguncian cepat harus diterapkan ke area yang teridentifikasi COVID-19. Aturan tersebut juga harus dicabut jika tidak ditemukan kasus baru selama lima hari berturut-turut.

Baca Juga: Kebijakan Nol COVID-19 Dicabut, China Bersiap Hidup dengan Pandemi

Selain itu, pedoman baru juga melarang pemblokiran pintu keluar dan pintu kebakaran. Hal ini berkaca dari 10 orang yang tewas dalam kebakaran di sebuah bangunan tertutup di Urumqi, China barat laut.

Orang yang terinfeksi COVID-19 tetapi dengan gejala ringan atau tanpa gejala sekarang dapat diisolasi di rumah daripada di fasilitas yang dikelola negara.

Uji PCR Lebih Longgar

Banyak kota di china, termasuk Beijing dan Shanghai, telah menghapus persyaratan tes negatif COVID-19 untuk memasuki ruang publik seperti bar, restoran, museum, dan tempat lainnya.  Namun, tes PCR tetap diperlukan di area berisiko tinggi seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan institusi tertentu lainnya.

Awal bulan ini, Beijing dan Shenzhen juga mengumumkan bahwa hasil tes negatif COVID-19 tidak lagi diperlukan untuk naik angkutan umum. Tes massal juga tidak lagi dilakukan di daerah yang dianggap tidak berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19.

Sejak 7 Desember 2022, warga yang bepergian antar wilayah di China tidak lagi diharuskan menjalani tes PCR dan pemeriksaan kode kesehatan.

Baca Juga: Meski Tertatih-tatih, China Sepertinya Memutuskan untuk Hidup dengan COVID-19

Pilihan Penerbangan

Pembatasan pada penerbangan internasional, seperti kebijakan Lima-Satu, di mana maskapai penerbangan hanya dapat melakukan satu penerbangan per minggu untuk melakukan perjalanan ke dan keluar dari China juga akan dicabut tetapi penggunaan masker dalam penerbangan tetap diwajibkan.

Mulai 30 Desember 2022, Singapore Airlines (SIA) akan mengaktifkan kembali layanan penumpangnya ke Beijing, beroperasi setiap dua minggu setiap hari Jumat. Ini terjadi setelah hampir tiga tahun layanan penerbangan antara Singapura dan Beijing ditangguhkan pada 28 Maret 2020.

Dilaporkan CNA, pada hari Selasa (27/12) harga tiket ekonomi dari Singapura ke Beijing pada Jumat ini dengan penerbangan kembali Selasa depan mencapai S$ 4.160. Menurut kalender penerbangan SIA, harga penerbangan ekonomi antara Singapura dan Beijing menunjukkan sedikit penurunan setelah 8 Januari 2023.

Tiket pulang pergi yang berangkat ke Beijing pada 13 Januari 2023 dan kembali ke Singapura pada 17 Januari 2023 berharga sekitar S$ 3.335.

Sepanjang pandemi, SIA telah mengoperasikan penerbangan khusus kargo ke dan dari Beijing. Itu diizinkan untuk meningkatkan layanan satu arah Beijing ke Singapura untuk mengangkut penumpang dua kali seminggu pada akhir September 2022.

Sejak akhir September tahun ini, Scoot secara bertahap melanjutkan layanan penerbangan ke China daratan. Sekarang mengoperasikan penerbangan mingguan ke 18 kota termasuk Hangzhou, Tianjin, dan Guangzhou.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×