kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China


Senin, 16 Desember 2019 / 16:36 WIB
Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Seberapa besar kemungkinannya?

Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa AS akan terus menjalankan transfer kekayaan (dan teknologi) yang sangat besar ke China yang dibiayai oleh meningkatnya utang luar negeri bersih Amerika yang akan ditampilkan sebagai aset asing bersih pada pembukuan di Tiongkok.

Masalah besar lainnya - seperti perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, subsidi industri ilegal, dan manajemen nilai tukar - hanya muncul sebagai pernyataan deklaratoris daripada argumen hukum yang jelas. 

Baca Juga: Perang dagang mereda, IHSG diproyeksi menguat

Sangat jelas bahwa kebijaksanaan politik lebih diutamakan daripada kesepakatan untuk menutup kesenjangan perdagangan AS dengan China sebagai masalah keamanan nasional Amerika.

Hal itu tergambar jelas dari pernyataan resmi pemerintah AS.

Washington menekankan janji-janji China untuk pembelian pertanian dan produk-produk Amerika lainnya yang lebih besar, meskipun laporan-laporan tentang kemungkinan impor China dari AS sebesar US$ 200 miliar selama dua tahun ke depan masih akan meninggalkan defisit perdagangan Amerika yang sangat besar.

Baca Juga: Neraca dagang bulan November 2019 diramal mengalami defisit karena faktor ini

China tidak menyebutkan janji semacam itu. Media pemerintah China menunjukkan bahwa Beijing menyimpulkan "perjanjian perdagangan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati," dan bahwa perluasan pasar Tiongkok akan mengarah pada peningkatan impor barang dan jasa dari luar negeri, termasuk Amerika Serikat di aturan WTO serta aturan pasar dan prinsip bisnis.

Semua itu terdengar seperti gencatan senjata, bukan akhir dari perang dagang.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×