kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China


Senin, 16 Desember 2019 / 16:36 WIB
Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan kepada Reuters bahwa dalam kesepakatan perdagangan "fase satu" AS-Tiongkok, nilai ekspor AS ke China akan naik hampir dua kali lipat selama dua tahun ke depan. Lightizer menegaskan, kesepakatan ini sudah  "sepenuhnya selesai" meskipun perlu terjemahan dan revisi pada teksnya.

Lighthizer, yang berbicara pada program "Face the Nation" CBS, mengatakan akan ada beberapa pengeditan rutin atas naskah kesepakatan. "Namun ini semua sudah benar-benar dilakukan, benar-benar sudah selesai," jelasnya. 

Baca Juga: Kencang, laju pertumbuhan industri China bulan lalu yang tercepat

Kesepakatan fase satu akan memangkas beberapa tarif AS untuk barang-barang China dengan imbalan peningkatan pembelian produk pertanian, manufaktur dan energi AS oleh China selama dua tahun ke depan senilai US$ 200 miliar.

Melansir Reuters, dalam perjanjian tersebut China juga berjanji untuk lebih melindungi kekayaan intelektual AS, dan tidak mengekang pemindahan  teknologi Amerika ke perusahaan-perusahaan China, membuka pasar jasa keuangannya kepada perusahaan AS, serta  menghindari manipulasi mata uangnya.

Melihat angka perdagangan AS-China terbaru, orang bertanya-tanya bagaimana perjanjian yang diumumkan minggu lalu dapat menghasilkan keseimbangan dalam akun perdagangan bilateral kedua negara.

Baca Juga: Amerika-China Sepakati Gencatan Perang Dagang premium

CNBC mencatat, surplus China pada perdagangan barang AS dalam sepuluh bulan pertama tahun ini adalah US$ 294,5 miliar, dan mencapai 40% dari total kesenjangan perdagangan Amerika.

Selama periode yang sama, Beijing memangkas ekspor AS ke China sebesar 14,5% menjadi US$ 87,6 miliar. Sebaliknya, penjualan barang China ke AS empat kali lebih besar, yaitu US$ 382,1 miliar.

Terlepas dari itu, laporan menunjukkan bahwa Beijing berjanji untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa AS sebesar US$ 200 miliar dalam dua tahun ke depan.

Baca Juga: Kesepakatan dagang bikin ekspor AS ke China melonjak hampir dua kali lipat

Jika hanya itu yang ditawarkan Beijing, tingkat ekspor China ke AS seharusnya dipangkas setengah dari tingkat tahunan mereka saat ini sebesar US$ 462,4 miliar sehingga defisit perdagangan AS dengan China dapat diperkecil.

Seberapa besar kemungkinannya?

Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa AS akan terus menjalankan transfer kekayaan (dan teknologi) yang sangat besar ke China yang dibiayai oleh meningkatnya utang luar negeri bersih Amerika yang akan ditampilkan sebagai aset asing bersih pada pembukuan di Tiongkok.

Masalah besar lainnya - seperti perlindungan kekayaan intelektual, transfer teknologi paksa, subsidi industri ilegal, dan manajemen nilai tukar - hanya muncul sebagai pernyataan deklaratoris daripada argumen hukum yang jelas. 

Baca Juga: Perang dagang mereda, IHSG diproyeksi menguat

Sangat jelas bahwa kebijaksanaan politik lebih diutamakan daripada kesepakatan untuk menutup kesenjangan perdagangan AS dengan China sebagai masalah keamanan nasional Amerika.

Hal itu tergambar jelas dari pernyataan resmi pemerintah AS.

Washington menekankan janji-janji China untuk pembelian pertanian dan produk-produk Amerika lainnya yang lebih besar, meskipun laporan-laporan tentang kemungkinan impor China dari AS sebesar US$ 200 miliar selama dua tahun ke depan masih akan meninggalkan defisit perdagangan Amerika yang sangat besar.

Baca Juga: Neraca dagang bulan November 2019 diramal mengalami defisit karena faktor ini

China tidak menyebutkan janji semacam itu. Media pemerintah China menunjukkan bahwa Beijing menyimpulkan "perjanjian perdagangan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menghormati," dan bahwa perluasan pasar Tiongkok akan mengarah pada peningkatan impor barang dan jasa dari luar negeri, termasuk Amerika Serikat di aturan WTO serta aturan pasar dan prinsip bisnis.

Semua itu terdengar seperti gencatan senjata, bukan akhir dari perang dagang.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×