kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.695   76,00   0,46%
  • IDX 8.125   85,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.130   12,55   1,12%
  • LQ45 811   6,69   0,83%
  • ISSI 282   3,69   1,32%
  • IDX30 425   2,99   0,71%
  • IDXHIDIV20 489   5,53   1,14%
  • IDX80 124   1,36   1,11%
  • IDXV30 133   1,56   1,18%
  • IDXQ30 135   1,11   0,83%

Miliarder wanita pertama dari outsourcing (1)


Selasa, 16 Mei 2017 / 13:19 WIB
Miliarder wanita pertama dari outsourcing (1)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi


Setelah lulus SMA, Yoshiko yang baru berusia 20 tahun langsung memutuskan untuk menikah. Tidak berjalan dengan mulus, pernikahannya pun kandas. Ia bercerai dari suaminya.

Mengutip artikel yang dirilis Bloomberg Juli 2004, tidak lama setelah perceraiannya, Yoshiko memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Inggris.

Semasa tinggal di Inggris, ia belajar menguasai ilmu kesekretariatan. Usai menuntaskan pendidikan di Inggris, Yoshiko kemudian mendapatkan tawaran bekerja di perusahaan marketing asal Negeri Kanguru, Australia.

Yoshiko menyebut, pekerjaannya di Australia membuka matanya tentang bagaimana perempuan dapat memiliki peranan penting dalam perusahaan. Ia terinspirasi oleh salah satu manajer wanita di perusahaan tersebut.

Kala itu, jabatan seperti itu baru populer di negara barat, seperti Eropa dan Australia. Sementara di Asia masih belum lumrah.

Berbekal dari pendidikan dan pengalaman itu, pada tahun 1973, Yoshiko kembali ke Jepang pada usia 38 tahun. Bloomberg menulis, Yoshiko menyebut keinginannya untuk mendirikan perusahaan Temp sangat sulit. Pasalnya, wanita ini sama sekali tidak mengerti cara menjalankan sebuah perusahaan rintisan atau start up.

Meski tak mulus, Yoshiko tetap gencar mencari pelanggan. Ia pun menyasar beberapa perusahaan asing maupun lokal yang berada di Jepang. Tidak jarang, Yoshiko harus menelpon 20 perusahaan per hari. Dan hasilnya, ia tidak mendapatkan pelanggan satu pun.

Akibat bisnisnya yang belum berjalan lancar itu, Yoshiko terpaksa merangkap menjadi guru bahasa Inggris pada malam hari untuk membayar sewa apartemen yang kala itu menjadi tempat tinggal sekaligus kantornya.          

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×