Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Militer Gabon pada hari Rabu (30/8) mengumumkan mereka telah melakukan kudata terhadap Presiden Ali Bongo. Saat ini Bongo terkurung dalam tahanan rumah.
Para pejabat militer yang menjalankan aksi ini menamai diri mereka sebagai Komite Transisi dan Pemulihan Institusi. Dalam pernyataannya, mereka menyebut Gabon sedang menghadapi krisis kelembagaan, politik, ekonomi, dan sosial yang parah.
Pada dasarnya militer menolak hasil pemilu yang kembali memenangkan Bongo untuk ketiga kalinya, memperpanjang kekuasaan keluarga Bongo selama lebih dari setengah abad.
Mengutip Reuters, militer menyatakan bahwa hasil pemilu telah dibatalkan, perbatasan ditutup dan lembaga-lembaga negara dibubarkan.
Baca Juga: Jokowi Usulkan Preferential Trade Agreement antara Indonesia dan Kenya
Dalam beberapa jam setelahnya, para jenderal bertemu untuk membahas siapa yang akan memimpin transisi dan menyetujui dengan suara bulat untuk menunjuk Jenderal Brice Oligui Nguema, mantan kepala pengawal presiden, untuk memimpin Gabon.
Bongo sempat merilis pernyataan video melalui tahanan rumah. Dirinya memohon bantuan kepada sekutu asingnya dan mengatakan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Ratusan orang merayakan kudeta militer di Gabon. Orang-orang berkumpul di jalan-jalan ibu kota Gabon, Libreville. Di sisi lain, PBB, Uni Afrika, dan Prancis mengutuk kudeta tersebut.
Baca Juga: Tolak Intervensi Militer di Niger, Erdogan: Situasi Bisa Semakin Kacau
Prancis yang merupakan mantan penguasa kolonial Gabon saat ini bahkan masih menempatkan pasukan di sana.
Kudeta militer di Gabon merupakan kudeta militer kedelapan yang terjadi di kawasan Afrika Barat dan Afrika Tengah sejak tahun 2020.
Bongo mendapat kekuasaan pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya, Omar, yang memerintah sejak tahun 1967. Oposisi menilai dinasti politik tersebut tidak berbuat banyak dalam membagi kekayaan minyak dan pertambangan negara tersebut kepada 2,3 juta penduduknya.
Sebelum kudeta ini terjadi, kerusuhan dengan kekerasan juga sempat terjadi setelah kemenangan Bongo dalam pemilu tahun 2016. Upaya kudeta juga sempat terjadi pada tahun 2019 namun gagal.