Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyanyi ternama Katy Perry telah kembali dengan selamat ke Bumi setelah menyelesaikan misi luar angkasa singkat yang bersejarah bersama Blue Origin.
Ia bergabung dengan lima perempuan inspiratif lainnya: Aisha Bowe, Kerianne Flynn, Amanda Nguyễn, Gayle King, dan Lauren Sánchez—tunangannya Jeff Bezos—dalam penerbangan yang hanya berlangsung selama 11 menit.
Mengutip Unilad, misi ini menandai kru luar angkasa beranggotakan perempuan sepenuhnya pertama sejak tahun 1963, menjadikannya tonggak penting dalam sejarah eksplorasi ruang angkasa dan pemberdayaan perempuan di bidang sains dan teknologi.
Menyentuh Batas Antariksa: Apakah Mereka Benar-Benar “Ke Luar Angkasa”?
Perdebatan muncul mengenai apakah penerbangan tersebut benar-benar mencapai ruang angkasa atau hanya menyentuh tepinya. Roket Blue Origin meluncur hingga ketinggian sekitar 62 mil (100 kilometer), melintasi Garis Kármán—batas yang secara internasional dianggap sebagai titik awal luar angkasa.
Baca Juga: Gunakan Roket Blue Origin, Katy Perry Terbang ke Luar Angkasa Selama 11 Menit
Walaupun secara teknis telah memasuki wilayah antariksa menurut definisi internasional, sebagian pengamat berpendapat bahwa pengalaman tersebut lebih menyerupai perjalanan sub-orbital dan tidak mencerminkan misi luar angkasa penuh seperti yang dilakukan astronot NASA atau Roscosmos.
Pendaratan yang Jauh dari “Lembut”
Menariknya, salah satu momen paling mencolok dari misi ini justru terjadi saat kapsul kembali ke permukaan Bumi. Meskipun komentator menyebutkan bahwa pendaratan akan berlangsung “sangat lembut,” kenyataannya terlihat dan terdengar jauh dari hal tersebut.
Dalam rekaman yang disiarkan langsung, terdengar teriakan dari Perry dan Gayle King saat kapsul menghantam tanah, diikuti dengan semburan debu tebal yang menyelimuti area pendaratan.
Baca Juga: Blue Origin Milik Bezos Kantongi Lisensi FAA untuk Peluncuran Roket New Glenn
Media sosial segera merespons insiden tersebut. Seorang pengguna X (Twitter) menulis, “Katy Perry selamat kembali! Tapi tidak mungkin mereka menjatuhkannya seperti itu.” Yang lain menambahkan, “Itu bukan pendaratan lembut,” sementara yang lain menyamakannya dengan rumah Dorothy yang jatuh dari tornado dalam film The Wizard of Oz.
Misi Cepat yang Penuh Hype
Meski misi tersebut dipromosikan berbulan-bulan sebelumnya, beberapa orang menyoroti betapa singkatnya perjalanan ke luar angkasa itu. Komentar sinis bermunculan secara online, seperti: “Album terbarunya bertahan lebih lama di tangga lagu dibandingkan perjalanan luar angkasanya.” Yang lain bercanda, “Mereka benar-benar bilang, ‘oke slay, sekarang segera kembali.’”
Namun, durasi pendek tersebut bukanlah hal yang tidak lazim dalam misi sub-orbital. Penerbangan seperti ini dirancang untuk memberikan pengalaman tanpa gravitasi dan pemandangan Bumi dari luar atmosfer dalam waktu yang efisien dan aman.
Baca Juga: Katy Perry dan 5 Wanita Lainnya Bersiap Terbang ke Luar Angkasa Hari Ini (14/4/2025)
Mengapa Katy Perry?
Pertanyaan lain yang muncul adalah alasan di balik pemilihan Katy Perry sebagai salah satu anggota misi. Lauren Sánchez, yang menyusun kru penerbangan ini, menjelaskan dalam wawancara dengan Elle bahwa ia memilih keenam perempuan tersebut karena mereka merupakan figur publik yang mampu menginspirasi masyarakat melalui cara mereka masing-masing.
“Mereka semua adalah pencerita dalam kapasitas mereka sendiri,” ujar Sánchez. “Mereka akan naik ke luar angkasa dan mampu membagikan apa yang mereka rasakan dengan cara yang berbeda.”
Pemilihan ini tampaknya lebih dari sekadar publisitas—ia mewakili narasi pemberdayaan, keterwakilan, dan peran perempuan dalam eksplorasi ruang angkasa modern, walaupun dalam konteks wisata luar angkasa komersial.