Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
COCHABAMBA. Cerita tentang Edward Snowden versus Pemerintah Amerika Serikat (AS) semakin seru. Kabar terbaru, Bolivia mengancam akan menutup Kedutaan Besar AS, setelah penerbangan Presiden Evo Morales digeledah (Harian KONTAN, 4 Juli 2013).
"Kami tidak membutuhkan mereka. Kami memiliki aliansi lain," ungkap Morales, dalam sebuah pertemuan darurat para pemimpin Amerika Latin di Cochabamba, Bolivia, Kamis (4/7) lalu.
Morales kembali menegaskan, dia tak membutuhkan dalih kerjasama dan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat beserta sekutunya. "Sehingga mereka bisa datang dan memata-matai kita," ucap dia.
Usai pertemuan darurat, pemimpin Bolivia, Argentina, Ekuador, Suriname, Uruguay dan Venezuela mendesak Spanyol, Prancis, Portugal dan Italia meminta maaf. Amerika Latin ingin penjelasan ihwal penolakan terhadap pesawat Kepresidenan Bolivia untuk terbang di wilayah udara empat negara Uni Eropa itu, pada 2 Juli 2013.
Alhasil, insiden penolakan tersebut menyebabkan pesawat yang ditumpangi Morales mendarat darurat di Wina, Austria setelah pengukur bahan bakar berhenti bekerja. Di Wina, petugas keamanan setempat menggeledah pesawat itu. Tujuannya, mencari Snowden, buronan AS nomor wahid yang membocorkan program intelijen negara itu.
Para pemimpin Amerika Latin akan menggelar pertemuan lainjutan di Montevideo, Uruguay, pada 12 Juli. Agenda utamanya adalah membahas langkah balasan terhadap negara-negara Eropa atas pelanggaran hukum internasional itu, demikian statement pemimpin Amerika Latin yang dibacakan Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca, di akhir pertemuan, seperti dikutip Bloomberg.
Beberapa pemimpin seperti Dilma Rousseff (Brasil), Sebastian Pinera (Cile), Juan Manuel Santos (Kolombia), dan Ollanta Humala (Peru) absen dalam pertemuan itu. "Ketidakadilan yang dialami Presiden Morales bukan hanya menyinggung Bolivia, tapi juga seluruh bangsa kita," ungkap Choquehuanca.
Hubungan antara AS dan Bolivia telah merenggang sejak Morales berkuasa pada tahun 2005. Presiden Morales mengusir pejabat Agen Narkotika AS (DEA) dan Duta Besar AS Phillip Goldberg pada 2008 silam. Sejauh ini Goldberg belum diganti.