Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Emmanuel Macron bersikukuh menunda kebijakan lockdown ketiga di negara itu. Sabtu (30 Januari) kemarin, Macron mengatakan kepada publik bahwa dia percaya pada kemampuan pemerintah mengendalikan COVID-19 dengan pembatasan yang tidak terlalu ketat.
Saat ini gelombang ketiga penyebaran virus Covid-19 tengah melanda Prancis ketika distribusi vaksin corona tidak terlalu mulus.
Mulai Hari Minggu hari ini Prancis akan menutup perbatasan kecuali perjalanan penting ke dan dari negara-negara di luar Uni Eropa (UE). Adapun kedatangan dari sesama negara dalam blok UE harus menunjukkan tes negatif. Pusat perbelanjaan besar akan ditutup dan patroli polisi ditingkatkan untuk memberlakukan jam malam pukul 6 sore.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Sabtu (30/1): Rekor tambah 14.518 kasus baru, ingat 5 M
Macron tidak lagi memerintahkan lockdown pada siang hari seraya mengatakan dia ingin melihat terlebih dahulu apakah tindakan lain akan cukup untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Sekitar 10% kasus positif Covid-19 di Prancis saat ini disebabkan oleh varian yang lebih menular yang pertama kali ditemukan di Inggris. Petugas medis senior telah merekomendasikan penguncian baru.
Satu jajak pendapat menunjukkan lebih dari tiga perempat orang Prancis berpikir bahwa pemberlakuan lockdown tidak dapat dihindari. Jajak pendapat tersebut juga menunjukkan kepercayaan publik yang menurun terhadap penanganan krisis oleh pemerintah.
"Saya percaya pada kemampuan kita. Jam-jam yang kita jalani ini sangat penting. Mari kita lakukan semua yang kita bisa untuk memperlambat epidemi bersama," cuit Macron.
Macron mendapat kecaman karena vaksinasi Covid-19 melaju lebih lambat daripada negara-negara besar Uni Eropa lainnya. Angka terbaru Prancis menunjukkan sejauh ini mereka hanya memberikan 1,45 juta dosis vaksin. Inggris, sebagai perbandingan, telah mencatat 8,4 juta.
Baca Juga: Pasien sembuh Covid-19 bertambah, per Sabtu (30/1) menjadi 862.502
Prancis melaporkan 24.393 infeksi COVID-19 pada hari Sabtu sementara jumlah pasien COVID-19 di rumah sakit tetap di atas 27.000 untuk hari kelima berturut-turut.
Tingkat infeksi baru masih lebih rendah daripada saat lockdown terakhir pada Oktober, tetapi tingkat rawat inap sudah sebanding.
Warga Paris Sami Terki mengatakan bahwa hal yang baik untuk saat ini secara mental adalah tidak harus melalui penguncian baru. Namun dia menambahkan: "Satu-satunya kekhawatiran saya adalah bahwa kami kemudian mengambil keputusan untuk mengunci diri terlalu terlambat."
Otoritas kesehatan masyarakat mengatakan jumlah pasien COVID-19 dalam perawatan intensif sedikit menurun menjadi 3.113.
Profesor Dominique Rossi, yang mengepalai Komisi Medis Rumah Sakit Marseille, mengatakan otoritas kesehatan setempat telah meminta rumah sakit di daerah Bouche-du-Rhone untuk membatalkan 40% dari semua intervensi medis yang tidak mendesak.
Mengelola aliran pasien COVID dan non-COVID adalah "sakit kepala etis yang nyata", katanya kepada Reuters.
"Proyeksi (COVID-19) benar-benar mengkhawatirkan dan kurangnya personel, yang sudah kelelahan, menambah elemen perhatian lainnya."