Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat tinggi AS melaporkan bahwa saat ini Rusia sedang merayu China untuk bisa mendapatkan bantuan militer dan ekonomi. Gempuran sanksi yang diterima tampaknya membuat Rusia mulai kesulitan.
Kepada New York Times, pejabat yang berbicara secara anonim ini sayangnya belum bisa menjelaskan lebih lanjut jenis peralatan militer yang dibutuhkan Rusia. Ia juga belum bisa memastikan bagaimana respons China atas permintaan tersebut.
Sementara itu, juru bicara kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu, mengaku belum pernah mendengar kabar apa pun tentang permintaan bantuan militer dan ekonomi dari Rusia.
Baca Juga: IMF: Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global Bisa Turun Akibat Perang di Ukraina
Liu menegaskan bahwa sikap China saat ini adalah mendukung segala upaya yang mengarah pada penyelesaian krisis secara damai.
"China melihat di Ukraina saat ini membingungkan. Kami mendukung dan mendorong semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai," ungkap Liu, seperti dikutip The Straits Times.
Meskipun demikian, kedekatan antara Rusia dan China membuat kabar tersebut mungkin saja terjadi. Untuk saat ini para pejabat intelijen AS masih mengamati respons China atas permintaan bantuan apa pun dari Rusia.
Baca Juga: AS Siap Memasok Sistem Pertahanan Rudal ke Irak untuk Menghadapi Iran
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dijadwalkan bertemu Yang Jiechi, anggota Politbiro elit dan Direktur Komisi Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis China pada hari Senin (14/3) di Roma, Italia.
Dalam kesempatan tersebut, Sullivan bermaksud untuk memperingatkan Yang tentang kemungkinan datangnya dukungan China ke Rusia. Ia menegaskan bahwa AS tidak akan membiarkan ada pihak yang memberikan dukungan kepada Rusia.
"Kami tidak akan membiarkan itu berlanjut dan membiarkan ada penyelamat bagi Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia," ungkap Sullivan kepada CNN hari Minggu (13/3).