Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO, menyatakan, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan tentang implikasi mutasi pada virus yang ditemukan di cerpelai.
"Kita perlu menunggu dan melihat apa implikasinya, tetapi saya tidak berpikir kita harus mengambil kesimpulan tentang apakah mutasi khusus ini akan memengaruhi kemanjuran vaksin," ujarnya.
"Kami tidak memiliki bukti apa pun saat ini bahwa itu akan terjadi," imbuh dia.
Institut Serum Negara Denmark, yang menangani penyakit menular, menyebutkan, strain virus corona SARS-CoV-2 yang bermutasi telah ditemukan pada 12 orang dan di 5 peternakan cerpelai.
Baca Juga: Peringatan WHO: Beberapa bulan ke depan, situasi pandemi corona akan sangat sulit
Cerpelai adalah inang yang sangat baik
Kerkhove mengatakan, keputusan Denmark untuk memusnahkan cerpelai ditujukan untuk mencegah pembentukan "reservoir hewan baru untuk virus corona".
Virus corona baru diperkirakan pertama kali melompat dari hewan ke manusia di China, mungkin melalui kelelawar atau hewan lain di pasar makanan di Wuhan. Meskipun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Mamalia lain telah diketahui terjangkit virus corona, seperti kucing. Yang lainnya, tikus dan musang, sengaja terinfeksi untuk penelitian medis.
"Selalu ada potensi bahwa ini bisa kembali ke manusia," ungkap Mike Ryan, Pakar Kedaruratan WHO, seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Lagi, WHO: Hentikan politisasi Covid-19, pandemi bukanlah sepak bola politik!
"Itu mengkhawatirkan karena spesies mamalia seperti cerpelai adalah inang yang sangat baik dan virus dapat berevolusi di dalam spesies tersebut terutama jika mereka dalam jumlah besar dan saling berdekatan," sebutnya
Tetapi, Ryan menambahkan, hewan ternak lainnya, seperti babi dan unggas, memiliki biosekuriti yang "sangat ketat" untuk mencegah virus melompati penghalang spesies.