kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

NASA Cemas China Bakal Menguasai Bulan


Rabu, 04 Januari 2023 / 11:21 WIB
NASA Cemas China Bakal Menguasai Bulan
ILUSTRASI. Persaingan ke bulan antara Amerika Serikat dan China menjadi semakin kompetitif.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Persaingan ke bulan antara Amerika Serikat dan China menjadi semakin kompetitif. Bahkan disebut-sebut, dua tahun ke depan bisa menentukan siapa yang keluar jadi pemenangnya. 

Melansir NDTV yang mengutip Politico, Administrator Tertinggi NASA Bill Nelson bilang, kemenangan China dapat menyebabkan negara tersebut mengklaim kepemilikan petak bulan yang luas.

"Ini adalah fakta: kita berada dalam perlombaan luar angkasa. Dan memang benar bahwa kita lebih baik berhati-hati agar mereka tidak sampai ke suatu tempat di bulan dengan kedok penelitian ilmiah. Dan ada kemungkinan mereka akan mengatakan, 'Keluar, kami di sini, ini adalah wilayah kami.'"

Nelson mengutip contoh agresi China di Laut China Selatan, di mana pemerintah China secara rutin menegaskan kedaulatan atas wilayah milik negara lain. 

"Jika Anda meragukannya, lihat apa yang mereka lakukan dengan Kepulauan Spratly," katanya kepada Politico.

Program luar angkasa China yang agresif juga mencakup peluncuran stasiun luar angkasa baru baru-baru ini. Beijing telah menyatakan bahwa pihaknya berharap dapat mendaratkan astronotnya di bulan pada akhir dekade ini. 

Baca Juga: Perusahaan Rintisan Asal Jepang Meluncurkan Roket ke Bulan

Pada bulan Desember, pemerintah China menguraikan rencananya untuk proyek yang lebih ambisius seperti pengembangan infrastruktur ruang angkasa dan pembentukan sistem tata kelola ruang angkasa.

Sementara itu, NASA telah mengerjakan jalur misi bulan Artemis. Pada 11 Desember, pesawat luar angkasa Orion milik NASA mendarat dengan aman di Pasifik, sehingga mengakhiri misi Artemis 1. 

Misi yang berlangsung lebih dari 25 hari itu dirancang untuk membawa manusia kembali ke Bulan dalam beberapa tahun.

Menurut rekaman NASA, kapsul tak berawak itu melayang ke laut dengan bantuan tiga parasut besar berwarna merah dan putih setelah menembus atmosfer dengan kecepatan 40.000 kilometer per jam.

Perlu dicatat bahwa investasi China dalam perjalanan luar angkasa dan teknologi roket lainnya terjadi pada saat tiga negara - AS, Rusia, dan China - semuanya terlibat dalam perlombaan untuk membuat senjata hipersonik.

Melansir Kompas.com, pada awal tahun lalu, China mengumumkan akan bekerja sama dengan Rusia untuk membangun pangkalan di permukaan Bulan. 

Apabila berhasil, maka pangkalan tersebut akan menyaingi pangkalan di Bulan milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang disebut Lunar Gateway. 

Baca Juga: Astronom Internasional Temukan Asteroid Besar, Bisa Picu Kepunahan Jika Tabrak Bumi

Konfirmasi rencana untuk membangun International Lunar Research Station (ILRS) disampaikan langsung oleh pejabat dari China National Space Administration (CNSA), atau badan antariksa nasional China. 

Wakil direktur CNSA, Wu Yanhua mengungkapkan, bahwa mereka menjadwalkan untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur dasar ILRS pada tahun 2035 mendatang. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×