Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Nasdaq dikabarkan setuju membeli perusahaan perangkat lunak milik Thoma Bravo, Adenza, senilai US$ 10,5 miliar pada Senin (12/6). Angka itu menjadi kesepakatan terbesar yang pernah dilakukan oleh operator bursa yang memperluas bisnis di sektor teknologi keuangan.
Melansir Reuters, Selasa (13/6), perangkat lunak Adenza selama ini digunakan oleh bank dan pialang. Perangkat tersebut juga akan membantu Nasdaq melakukan diversifikasi lebih jauh sebagai operator bursa.
Para investor melihat pembelian tersebut sebagai taruhan yang mahal. Pasalnya, di saat yang sama saham Nasdaq anjlok lebih dari 10% ke level terendah dalam hampir satu tahun terakhir setelah pengumuman kesepakatan tersebut.
Terkait hal itu, analis Morningstar, Michael Miller, mengaku memiliki keraguan serius mengenai harga yang dikeluarkan Nasdaq untuk membayar aset tersebut.
Michael mengatakan, kesepakatan tersebut menghargai Adenza hampir 18 kali lipat dari pendapatan yang diharapkan pada 2023. Nasdaq pun berencana menerbitkan US$ 5,9 miliar dalam bentuk utang baru jika kesepakatan tersebut disetujui oleh regulator.
Menurut Michael, hal itu juga diyakini akan meningkatkan leverage perusahaan jauh di atas titik tertinggi setelah akuisisi sebelumnya.
Dampak kesepakatan tersebut, S&P Global Ratings menurunkan peringkat kredit penerbit jangka panjang Nasdaq dan peringkat penerbitan surat utang tanpa jaminan perusahaan tersebut menjadi 'BBB' dari 'BBB+'.
Baca Juga: Harga Minyak Acuan Ditutup Melemah 4%, Didorong Kegelisahan Jelang Pertemuan The Fed
CEO Nasdaq Friedman tak memungkiri Adenza adalah aset yang tidak dikenal orang, maka akan membutuhkan waktu bagi investor untuk mencerna detailnya.
Adapun Adenza dibuat pada 2021 ketika Thoma Bravo menggabungkan Calypso Technologies dengan AxiomSL dan diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sekitar US$ 590 juta tahun ini.
"Kami pikir kami membayar harga yang pantas untuk aset yang luar biasa, tetapi membantu orang memahami betapa luar biasanya peluang ini, saya pikir memang akan memakan waktu," katanya.
Sementara itu, Nasdaq seperti halnya perusahaan-perusahaan sejenis telah melakukan akuisisi untuk mendiversifikasi portofolio teknologi dan kekayaan intelektualnya setelah peraturan di tahun 2005 yang mana berkaitan dengan keterbukaan pasar perdagangan ekuitas untuk bersaing dengan para pialang.
Sejak saat itu, akuisisi Nasdaq telah mencakup sejumlah perusahaan, seperti Nordik OMX sebesar US$ 3,7 miliar pada 2007, International Securities Exchange sebesar US$ 1,1 miliar pada 2016, penyedia konten dan analitik eVestement sebesar US$ 705 juta pada 2017, dan perusahaan perangkat lunak keuangan Verafin sebesar US$ 2,75 miliar pada 2020.
Mengenai akuisisi itu, analis Rosenblatt Securities, Andrew Bond, menyebut Nasdaq telah melakukan pekerjaan yang baik dalam mengintegrasikan bisnis-bisnis tersebut.
Sebagai bagian dari kesepakatan Adenza, Thoma Bravo akan mendapatkan 14,9% saham di Nasdaq dan menjadikan perusahaannya sebagai salah satu pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut.
Salah satu managing partner di Thoma Bravo yang membantu menyusun kesepakatan tersebut, Holden Spaht, diperkirakan akan diangkat menjadi anggota dewan Nasdaq.
Sementara itu, Nasdaq berharap kesepakatan tersebut akan selesai dalam waktu enam sampai sembilan bulan.
Nasdaq mengatakan bahwa pembelian Adenza diharapkan dapat meningkatkan prospek pertumbuhan pendapatan organik jangka menengah untuk bisnisnya yang mendesain dan mengembangkan perangkat lunak keuangan bagi para investor dari 7%-10% menjadi 8%-11%.
Baca Juga: Wall Street Perkasa, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup di Level Tertinggi Sejak April 2022