Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kelompok negara Barat dikabarkan siap menggelar aksi walk-out terkoordinasi dari KTT G20 sebagai respons atas diundangnya Rusia ke dalam pertemuan tersebut.
Sejumlah negara Barat memang menolak kehadiran Rusia atas dasar invasinya terhadap Ukraina. Sayangnya, sikap mereka berbeda dengan sebagian negara lain, termasuk Indonesia yang menjadi pemimpin G20 untuk tahun ini.
Pejabat pemerintahan Jerman mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya akan mengirimkan pesan protes selama pertemuan, bahkan setelah pertemuan, kepada Rusia.
Baca Juga: Jepang Akan Menghadiri Pertemuan G20, Enggan Komentari Partisipasi Rusia
"Selama dan setelah pertemuan kami pasti akan mengirimkan pesan yang kuat dan kami tidak akan sendirian dalam melakukannya," ungkapnya secara anonim.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen berencana untuk menghindari sesi G20 yang diikuti oleh pejabat Rusia di sela-sela pertemuan IMF dan Bank Dunia.
Namun, Yellen akan menghadiri sesi pembukaan tentang perang Ukraina terlepas dari partisipasi Rusia, kata seorang pejabat Departemen Keuangan AS.
Baca Juga: AS: Rusia Harus Dikeluarkan dari Ekonomi Utama G20!
Sementara itu, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak juga tidak akan menghadiri sesi G20 tertentu.
Pejabat Kementerian Keuangan Prancis mengharapkan beberapa menteri dari negara-negara G7 untuk meninggalkan kursi mereka ketika utusan Rusia mendapatkan kesempatan untuk berbicara.
Perpecahan mengancam ekonomi global
Perpecahan di G20 terus meluas selama perang di Ukraina berlangsung. Kondisi ini membuat masa depan G20 sebagai forum kebijakan ekonomi utama dunia mulai kabur.
Baca Juga: Rusia Tak Ada Masalah Jika Dicoret dari KTT G20 Indonesia, Namun Peringatkan Hal Ini
Fakta bahwa beberapa negara G20 telah memilih untuk tidak mengikuti sanksi Barat terhadap Rusia menjadi salah satu tantangan bagi kelompok negara dengan ekonomi terkuat ini.
Menjelang KTT G20 di Indonesia pada November mendatang, seorang pejabat tinggi IMF memperingatkan risiko pecahnya ekonomi global.
"Satu skenario adalah di mana kita telah membagi blok yang tidak banyak berdagang satu sama lain, yang memiliki standar berbeda, dan itu akan menjadi bencana bagi ekonomi global," kata kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas.
Pada kesempatan terpisah, IMF juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global senilai hampir satu poin persentase penuh. IMF menilai perang Ukraina-Rusia sanggup mendorong inflasi hebat yang berbahaya bagi banyak negara.