kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Negara-Negara di Asia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2022, Kenapa?


Minggu, 06 Maret 2022 / 13:20 WIB
Negara-Negara di Asia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2022, Kenapa?
ILUSTRASI. Sejumlah negara di kawasan Asia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2022. Diantaranya, China, India dan Jepang.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sejumlah negara di kawasan Asia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2022. Diantaranya, China, India dan Jepang.

China menetapkan target produk domestik bruto (PDB) sekitar 5,5% atau terendah sejak 1991 karena ketidakpastian dampak Covid-19, kemerosotan sektor properti, dan perang Rusia - Ukraina.

Perdana Menteri China Li Keqiang menyebut, China menghadapi lebih banyak risiko dan tantangan. Oleh karena itu, semua pihak diminta berpartisipasi untuk mengatasinya.

"Target tersebut didasarkan pada kebutuhan untuk mempertahankan pekerjaan yang stabil, kebutuhan hidup dasar dan penjagaan terhadap risiko", kata Li seperti dikutip Channel News Asia, Minggu (6/3).

Menurut Li, target pertumbuhan tersebut diawasi pemerintah. Dalam hal ini, Partai Komunis China sebagai penguasa punya peran melegitimasi pada rencana ekspansi ekonomi yang stabil dan sesuai standar hidup yang lebih baik.

"Partai sangat prihatin atas ketidakstabilan sosial dalam populasinya yang besar jika pertumbuhan ekonomi turun terlalu rendah," terangnya.

Baca Juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Harga Komoditas Melambung Tinggi

Sebaliknya, ekonomi Jepang tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada 2021. Namun, kenaikan harga input kemungkinan membuat inflasi perdagangan grosir mendekati rekor pada Februari sebagai tanda meningkatnya risiko terhadap pemulihan yang rapuh.

Data PDB yang direvisi kemungkinan akan menunjukkan ekonomi Jepang meningkat 5,6% yoy pada Oktober hingga Desember 2021. Sedikit lebih tinggi dari target awal 5,4%.

Sebagian besar karena peningkatan 0,7% yang diharapkan dalam belanja modal lebih besar dari kenaikan awal 0,4%. Hal ini tercermin dari data pengeluaran bisnis pada kuartal IV 2021 yang dikeluarkan Kementerian Keuangan Jepang.

Menurut ekonom Mitsubishi UFJ Research and Consulting  Shinichiro Kobayashi, angka pertumbuhan ekonomi yang kuat tidak menunjukkan pemulihan penuh Jepang dari pukulan pandemi Covid-19.

"Bahkan setelah revisi ke atas, ukuran PDB akan tetap di bawah tingkat pra-pandemi pada Oktober-Desember 2019," terangnya

Dengan pembatasan Covid-19 yang menekan konsumsi dan krisis Ukraina mengaburkan prospek, banyak analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang akan melambat atau bahkan berkontraksi pada kuartal ini.

Pukulan langsung dari perang di Ukraina kemungkinan akan datang melalui lonjakan harga bahan bakar dan komoditas. Harga perdagangan grosir kemungkinan naik 8,7% yoy pada Februari, mendekati rekor yang dicapai pada November karena kenaikan biaya bahan baku dan energi.

Data terpisah akan menunjukkan pengeluaran rumah tangga Jepang kemungkinan naik 3,6% pada Januari dari tahun sebelumnya, menandai kenaikan pertama dalam enam bulan.

Tingkat pertumbuhan India juga melambat lebih lanjut dalam tiga bulan terakhir pada 2021.  Kantor Statistik Nasional (NSO) memangkas perkiraan ekonomi 2022 karena India menghadapi harga minyak yang lebih tinggi dan ketegangan geopolitik.

Ekonomi India tumbuh 5,4% yoy Oktober hingga Desember 2021. Itu adalah perlambatan dari rekor pertumbuhan 20,1% dan 8,4% dalam dua kuartal sebelumnya karena efek dasar yang menguntungkan seiring kasus corona yang berkurang.

Kepala Ekonom ICRA Aditu Nayar mengatakan, proyeksi itu di bawah perkiraan. NSO juga menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun keuangan yang sedang berjalan dari 9,2% menjadi 8,9%.

Nayar mengatakan, perkiraan tersebut tampak agak optimis karena kenaikan harga komoditas dan efek dasar yang lebih besar.

Covid-19 memukul negara dengan ekonomi terbesar ketiga di Asia tersebut, yang mengalami resesi terburuk sejak kemerdekaan pada 1947 setelah penguncian secara drastis membuat pabrik dan belanja konsumen terhenti.

Namun sejak itu, ekonomi utama India kembali melonjak dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan cakupan vaksin yang luas dan gelombang infeksi ketiga yang lebih ringan dari perkiraan menjaganya tetap di jalurnya.

Baca Juga: IMF Peringatkan Perang di Ukraina Akan Membawa Dampak yang Buruk bagi Ekonomi Global




TERBARU

[X]
×