Sumber: BBC | Editor: Hendra Gunawan
TOKYO. Kabar gembira untuk Jepang. Negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Shinzo Abe ini berhasil mencatatkan surplus perdagangan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Berkat pelemahan nilai tukar yen terhadap dollar Amerika Serikat (AS), ekspor Jepang menggeliat. Sementara, penurunan harga minyak menciutkan tagihan impor. Selain itu, pelemahan harga komoditas juga membantu mengurangi nilai impor.
Pada Maret tahun ini, surplus neraca perdagangan Jepang mencapai ¥ 229,3 miliar atau setara dengan US$ 1,9 miliar. Jumlah tersebut di atas proyeksi sebelumnya yakni surplus sebesar ¥ 44,6 miliar.
Nilai ekspor Jepang itu naik 8,5% di bulan Maret secara year on year (yoy). Sedangkan nilai impor turun 14,5% yoy. Volume ekspor berada di level tertinggi sejak Maret 2012, naik 3,3% ketimbang periode sama tahun lalu.
Ekspor meningkat selama tujuh bulan berturut-turut akibat kebijakan Pemerintah Jepang yang sengaja melemahkan yen. Hasilnya, penjualan mobil dan mesin ke luar negeri melesat.
Jepang mengalami defisit perdagangan sejak Maret 2011. Gempa bumi dan bencana menyebabkan Negara Sakura tersebut menutup pembangkit nuklir.
Asal tahu saja, sepertiga kebutuhan energi Jepang berasal dari nuklir. Makanya, untuk menebus kekurangan tersebut, Jepang mulai impor gas, batubara dan minyak dalam jumlah besar. Alhasil, Jepang mengalami defisit perdagangan hingga ¥ 9,1 triliun.
Bisa kembali defisit
Analis Capital Economics Marcel Theliant mengatakan kinerja neraca perdagangan Jepang sulit untuk bertahan lama. Sebab, rebound harga minyak mentah sejak awal tahun ini belum sepenuhnya tercermin dalam biaya impor minyak bumi.
"Kami berharap yen melemah lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang supaya nilai ekspor bisa menutup impor," ujar Theliant seperti dikutip BBC
Ekonom Mizuho, Toru Suehiro mengatakan, ekonomi Jepang akan bertumpu kepada permintaan dari luar negeri. Sebab, konsumsi domestik masih rendah. Suehiro juga memperkirakan, investasi barang modal di dalam negeri tetap lemah. "Permintaan eksternal akan menjadi titik terang bagi perekonomian," ujar Suehiro seperti dilaporkan Bloomberg.
Menurut Suehiro, surplus neraca perdagangan hanya bersifat sementara. Neraca perdagangan akan kembali defisit pada bulan April ini. Begitu juga, sepanjang tahun ini, neraca perdagangan Jepang diprediksi masih defisit.
Surplus perdagangan Jepang kembali mencatatkan surplus salah satunya juga karena faktor pengurangan aktivitas ekonomi di Asia karena libur Tahun Baru Imlek di Februari lalu.
Sentimen surplus perdagangan ini sempat membuat kurs yen sedikit menguat terhadap dollar AS, kemarin. Sedangkan, indeks saham Topix Jepang juga naik 0,8% dan menyentuh level tertinggi sejak tahun 2007.