Sumber: New York Times | Editor: Djumyati P.
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Presiden Trump boleh saja melemparkan berbagai macam “bom” kata-kata untuk melanjutkan perang dagangnya dengan China, tapi orang-orang kaya China masih saja hobi mendatangi negara Paman Sam. Bahkan turis dari China menjadi turis asing terbesar kedua yang mendatangi Kota New York.
Untuk data tahun 2018, Marketing agency New York baru saja mengumumkan jumlah pengunjung Kota yang sering dijuluki Big Apple itu mencapai 65,2 juta, rekor tertinggi sepanjang masa. Sebagian besar pengunjung tentunya adalah turis domestik Amerika Serikat, tapi turis yang berasal dari China pun masih tetap naik dari 1,04 juta menjadi 1,1 juta.
Menurut data NYC & Company yang merupakan tourism agency New York, jumlah turis dari China ini tak jauh terpaut dengan turis Inggris (1,24 juta) dan Kanada tetangga terdekat di Utara Amerika Serikat (1 juta). “Dari apa yang kami liat sejauh ini, kami rasa bisnis dengan China akan tetap kuat,” tutur Fred Dixon Chief Executive NYC & Company.
Menurut Dixon jumlah turis yang datang ke New York di tahun 2018 naik 2,4 juta atau tumbuh 3,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Ia berharap jumlah turis ini akan bisa bertambah lagi di 2019 menjadi 67 juta pengunjung. New York memang mencanangkan tahun 2019 sebagai tahun monumental karena banyaknya event dan peresmian gedung-gedung ikon baru.
Dixon juga berharap akan mendapatkan banyak dorongan kedatangan turis berkat kerjasamanya dengan Mastercard yang menggantikan American Express sebagai sistem pembayaran pilihan NYC & Company.
Berkat kemitraannya dengan Mastercard, NYC & Company mendapatkan tambahan anggaran, sehingga tahun ini anggaran mereka bisa mencapai US$ 39 juta. Dari pemerintah kota sendiri agensi mendapatkan anggaran US$ 21 juta.
Menurut Cheryl Guerin, executive vice president Mastercard, mereka menjalankan kampanye marketingnya dengan memberikan promosi berupa penawaran spesial di New York. Seperti misalnya makan malam yang dimasak khusus oleh chef terkenal Marcus Samuelsson di tempat yang menjadi ikon seperti Carnegie Hall.
Dua juta pemegang kartu kredit Mastercard pun akan mendapatkan akses lebih awal untuk acara tahunan di New York, seperti Restaurant Week atau Broadway Week. “Kami ada kemitraan dengan kota lain juga, tapi di sini akan menjadi yang paling besar,” jelas Guerin.
Dixon berharap kemitraan ini akan membantu menaikkan lebih banyak para turis, terutama di musim dingin ini. Di musim dingin kunjungan para turis ke New York biasanya memang akan menurun. NYC & Company akan mempromosikan bulan-bulan di awal tahun sebagai waktu yang paling optimal untuk datang ke New York.
Mastercard sendiri baru saja mengeluarkan daftar tahunan untuk kota-kota yang paling populer untuk para turis. New York berada di ranking ke 6 di bawah Bangkok, London, Paris, Dubai, dan Singapura. Di antara kota-kota di Amerika sendiri, New York menjadi kota dengan pengunjung ke dua terbesar setelah Orlando yang tahun 2018 kedatangan 70 juta turis.
Tapi menurut Dixon, para pengunjung domestik tidak akan berbelanja sebesar turis asing. Para turis asing biasanya akan menghabiskan waktu 4 kali lebih lama daripada turis domestik.
Menurut estimasi NYC & Company secara keseluruhan, tahun lalu turis di New York berbelanja sebesar US$ 44 miliar. Angka ini diperkirakan dari atraksi-atraksi populer di Empire State Building, lalu-lintas di airport dan tingkat hunian hotel.
Tahun lalu, hotel di kota ini berhasil menjual 37,7 juta hari inap. Menurut sang agency, ini adalah jumlah terbesar yang pernah diperoleh. Jadi tak heran kalau pemerintah kota bisa menikmati penghasilan pajak US$620 juta dari penjualan kamar hotel.
Pembangunan hotel di kota ini terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini ada 119 ribu kamar hotel di New York, 20 ribu di antaranya sedang dalam konstruksi.
Pertumbuhan turis yang terus melonjak dalam beberapa tahun terakhir di New York tidak lepas dari keputusan Michael Bloomberg 10 tahun lalu. Bloomberg sebagai walikota New York pada waktu itu memutuskan untuk memberikan anggaran belanja lebih besar untuk promosi kota di tahun 2007. Waktu itu, New York hanya didatangi 44 juta turis setiap tahunnya. Target Bloomberg untuk bisa mendatangkan 50 juta turis di tahun 2015 sepertinya sangat ambisius.
Setelah pemerintah kota mengambil alih NYC & Company dari industri hotel dan restoran dan menaikkan anggaran belanjanya, tourism agency ini ternyata bisa menaikkan jumlah kedatangan turis lebih besar dari yang dibayangkan Bloomberg. Kalau saja Prediksi Dixon akurat, maka jumlah turis di akhir tahun ini akan lebih besar 50% dibandingkan tahun 2007.