Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Negara bagian New York mengalami peningkatan cepat dan brutal dalam jumlah kasus virus corona pada Selasa (24/3). Lonjakan kasus terjadi ketika para pejabat berlomba untuk menyediakan lebih banyak tempat tidur rumah sakit dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Amerika Serikat (AS) bisa menjadi pusat pandemi global berikutnya.
New York City, rumah bagi lebih dari 8 juta orang, memiliki 157 kematian dan sekitar 15.000 kasus COVID-19, hampir sepertiga total AS pada Selasa (24/3) lalu. Padahal, New York sudah memberlakukan batasan ketat dalam perjalanan, sosialisasi dan pekerjaan.
"Jika Anda meminta orang AS untuk memilih antara kesehatan masyarakat dan ekonomi, maka itu bukan kontes. Tidak ada orang AS yang akan mengatakan mempercepat ekonomi dengan mengorbankan kehidupan manusia," kata Gubernur New York Andrew Cuomo di sebuah pusat konvensi Manhattan yang sedang diubah menjadi rumah sakit sementara 1.000 tempat tidur.
Baca Juga: Corona mewabah, Trump hanya punya sedikit kekuatan untuk mendongkrak ekonomi AS
Baca Juga: Dow Jones melonjak 11,37%, rekor kinerja satu hari terkuat sejak 1933
Pernyataan Cuomo adalah teguran kepada Presiden Donald Trump, yang mendesak untuk membuka kembali ekonomi AS pada pertengahan April.
Di tempat berbeda, WHO mengatakan bahwa Negeri Paman Sam memiliki potensi untuk menjadi pusat pandemi global, dengan menyebut "percepatan yang sangat besar" dalam infeksi virus corona.
Kebutuhan yang diharapkan untuk tempat tidur rumah sakit di negara bagian New York pada puncak wabah telah meningkat menjadi 140.000, kata Cuomo, dibandingkan dengan 110.000 yang diproyeksikan sebelumnya. Kini, hanya 53.000 tempat tidur dikatakan tersedia sekarang.
Tingkat infeksi sekarang berlipat dua setiap tiga hari di New York dan wabah terburuk, yang dikenal sebagai puncaknya, dapat tiba dalam 14 hingga 21 hari, memberikan tekanan besar pada layanan kesehatan, kata Cuomo.