Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - LONDON. Persaingan sengit antara klub-klub sepak bola papan atas Eropa dalam merekrut talenta terbaik kini memicu berkembangnya pasar utang. Pada musim panas ini, belanja klub untuk pembelian pemain telah menembus angka lebih dari US$ 5 miliar, sehingga menarik perusahaan pemberi pinjaman swasta besar di dunia.
Apollo Global Management Inc. dan Blackstone Inc. merupakan dua nama terbaru yang dikabarkan sedang mempertimbangkan pendanaan dalam kesepakatan transfer pemain, menurut sumber Bloomberg. Keterlibatan mereka didorong besarnya nilai transfer pemain yang kini kerap melebihi US$ 100 juta untuk satu pemain kunci di Eropa. Beberapa perusahaan keuangan besar sudah mulai memperdalam keterlibatan mereka dalam pembiayaan olahraga.
Apollo misalnya memberikan pinjaman kepada klub Inggris Nottingham Forest pada Juli 2025, sedangkan Oaktree Capital Management mengambil alih kepemilikan klub Inter Milan pada tahun lalu. "Biasanya, transfer pemain dilakukan oleh sejumlah kecil pemberi pinjaman khusus, tetapi dua tahun terakhir, banyak institusi keuangan besar mulai menunjukkan ketertarikan," ujar Sebastian Witte, Managing Associate firma hukum Linklaters.
Baca Juga: Bursa Transfer: Kane ke Man Utd? Vinicius Jr Dekat ke Man City, Donnarumma Hengkang
Biaya transfer kini menjadi salah satu aset penting dalam neraca keuangan klub sepak bola. Klub besar biasanya memiliki akses lebih mudah ke pinjaman tradisional yang didukung penjualan tiket stadion, hak siar media, dan merchandise global. Namun, untuk klub kecil yang sering kali mengalami kerugian operasional, pendanaan berbasis transfer pemain menjadi jalur penting.
Data dari transfermarkt.com mencatat total penjualan pemain di enam liga top Eropa telah mencapai lebih dari € 5,1 miliar sekitar US$ 5,9 miliar di musim panas ini. Pembayaran biaya transfer biasanya dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun, menciptakan arus kas masa depan yang bisa dimanfaatkan klub sebagai sumber pembiayaan.
Menurut Francesco Filia, pendiri dan CEO Fasanara Capital, perusahaan manajemen aset alternatif di London, skema pembayaran bertahap ini justru mendorong volume transaksi dan menaikkan nilai transfer. "Pasar piutang transfer ada untuk menjembatani ketidaksesuaian ini, sehingga transaksi dapat terjadi tanpa kendala likuiditas," kata dia.
Fasanara telah memberikan pinjaman lebih dari US$ 300 juta selama tiga tahun terakhir ke beberapa klub Eropa. Masuknya perusahaan pinjaman swasta ke ranah ini juga merupakan respons terhadap perlambatan bisnis pinjaman langsung tradisional.
Sasha Ryazantsev, penasihat Burnley FC dan mantan anggota dewan Everton FC, mengatakan pembiayaan seperti ini kadang menjadi satu-satunya pilihan bagi klub kecil. "Klub penjual dapat memanfaatkan peringkat kredit yang lebih tinggi dari klub-klub top enam, sehingga biaya pendanaannya lebih rendah," ujarnya.
Di Inggris, Nottingham Forest mendapatkan pinjaman sebesar £ 28 juta dengan bunga 8,2% dari Macquarie Group Ltd pada 2023. Pinjaman tersebut dijamin oleh pendapatan masa depan dari penjualan Brennan Johnson ke Tottenham Hotspur. Leicester City juga melakukan transaksi serupa untuk penjualan Harvey Barnes ke Newcastle United.
Baca Juga: 5 Target Terakhir Liverpool di Bursa Transfer Musim Panas 2025
Sementara itu, di Eropa kontinental, bank seperti Internationales Bankhaus Bodensee AG di Jerman dan Banca Sistema SpA di Italia menjadi pemain utama dalam pembiayaan transfer pemain. Trevor Watkins, kepala divisi olahraga global di firma hukum Pinsent Masons, menjelaskan pembayaran transfer yang dilakukan secara bertahap selama satu hingga lima tahun memungkinkan berbagai bank dan fund untuk memberikan dana di muka.
Contohnya, potensi penjualan Alexander Isak dari Newcastle United ke Liverpool menjadi salah satu transfer terpanas musim ini. "Mengingat pasar pembiayaan sangat kuat, klub bisa mempertimbangkan menerima pembayaran lebih awal dengan diskon, sehingga mereka bisa beroperasi lebih leluasa dibanding sekadar menerima cicilan sesuai jadwal," kata Watkins.
Meskipun biaya pinjaman transfer lebih tinggi dengan kupon sekitar 500 basis poin di atas tingkat bunga acuan, atau yield 8%-9% pembayaran masa depan ini dianggap sebagai agunan kuat. Hal ini karena FIFA dan UEFA sangat ketat mengawasi kepatuhan klub terhadap kewajiban transfer.
Namun, karena ketidakpastian tinggi dalam industri sepak bola misalnya terkait performa klub yang dapat berubah drastis dari musim ke musim bank tradisional cenderung menghindari jenis pembiayaan ini. Situasi ini membuka peluang besar bagi perusahaan pinjaman swasta untuk masuk dan mengambil peran utama. "Bank tradisional tidak terlalu aktif di dunia sepak bola. Kebutuhan likuiditas, dengan arus kas yang sering terlambat, paling baik dipenuhi oleh pemberi pinjaman spesialis," jelas Diego Lignana, kepala strategi korporat di Banca Sistema dikutip Bloomberg.