kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Nomura: Hong Kong paling rawan terkena krisis finansial


Jumat, 22 Juni 2018 / 19:38 WIB
Nomura: Hong Kong paling rawan terkena krisis finansial
ILUSTRASI. Bursa Asia - Hang Seng Index


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emerging markets lebih berpotensi menghadapi bahaya krisis finansial jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Hong Kong menjadi wilayah dengan potensi terbesar krisis finansial. Ini adalah hasil indikasi peringatan awall dari Nomura Singapore Limited.

Menurut riset ekonom Nomura, Rob Subbarama dan Michael Loo, Hong Kong dan China merupakan dua wilayah yang berpotensi menghadapi bahaya krisis finansial atau penurunan tajam permintaan domestik dalam tiga tahun ke depan. Peringatan lebih besar terutama bagi Hong Kong. Bahkan, kedua analis memperkirakan, penurunan akan lebih besar daripada puncak krisis finansial Asia tahun 1997-1998.

“Hasil uji mengindikasikan bahwa negara-negara emerging market lebih rentan daripada negara-negara maju dalam uji kredit dan finansial,” ungkap Subbaraman dan Loo seperti dikutip Bloomberg, Rabu (20/6). Sementara itu, posisi China membaik di tengah upaya deleveraging.

Para ekonom Nomura menguji ketahanan pada beberapa indikator di 30 negara sejak awal 1990-an. Nomura membagi negara-negara ini antara negara-negara Asia, emerging market, dan developed market. Nomura menemukan bahwa lima ukuran paling akurat dalam memprediksi krisis finansial dalam 12 kuartal selanjutnya. Kelima ukuran ini adalah kredit swasta terhadap produk domestik bruto, debt service ratio swasta,  nilai tukar riil efektif, harga properti riil, dan harga saham riil.

Dengan menimbang 60 sinyal paling diandalkan pada periode 2015-2017, Nomura menetapkan bahwa krisis finansial atau anjloknya permintaan terutama terjadi pada wilayah yang memiliki setidaknya 30 sinyal merah. Hong Kong mencolok dengan 52 sinyal merah. Sedangkan China masih lumayan dengan sinyal buruk di 33 ukuran. 

Thailand, Kolombia, dan Filipina menyusul dengan masing-masing sinyal merah pada 21 ukuran, 20, dan 19. Ada pula Jepang, Kanada, dan Australia yang memiliki peringatan dini. Dari 14 negara yang tidak memiliki sinyal merah, hanya dua negara Asia, yakni India dan Korea Selatan. Negara-negara dengan zero crisis signal lainnya adalah Amerika Serikat, Inggris, Swedia, Prancis, dan Afrika Selatan.

Business-Standard melaporkan, potensi krisis finansial ini bisa terjadi dalam 12 kuartal mendatang.

​​​​​​


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×