Reporter: Adi Wikanto, BBC | Editor: Adi Wikanto
Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama mengecam kekerasan yang dilakukan pihak berwenang Libya terhadap pengunjuk rasa damai. Menurutnya, kekerasan itu sangat keterlaluan dan tidak bisa diterima. Pemerintah Libya harus bertanggung jawab atas perlakuan tersebut.
Pernyataan itu muncul setelah Muammar Gaddafi berkeras untuk tetap mengontrol Libya Barat, termasuk daerah ibukota, Tripoli. Obama juga mengimbau agar dunia satu suara dan bersama AS serta sekutu-sekutunya untuk menyiapkan tindakan bagi Pemerintah Libya.
Saat ini, demonstran oposisi yang didukung sebagian militer telah menguasari kawasan timur negara itu. Warga Tripoli yang ingin bergabung ketakutan untuk pindah. Mereka khawatir, pasukan propemerintah akan menembaki.
Ribuan warga asing masih mencoba keluar dari Libya melalui pelabuhan, bandara, serta lewat jalur perbatasan di Tunisia dan Mesir.
Secara pasti, jumlah korban tewas sudah tidak bisa ditentukan. Namun, LSM Hak Asasi Manusia atau Human Rights Watch menghitung jumlah korban tewas mencapai 300 orang. Sedang Federasi Internasional Hak Asasi mencatat, minimal 700 orang telah tewas. "Ancaman dan perintah untuk menembak pengujuk rasa damai dan menghukum orang-orang Libya merupakan tindakan yang melanggar norma-norma internasional serta standar kesusilaan umum. Kekerasan ini harus dihentikan," katanya di Gedung Putih.
Obama mengaku telah memerintahkan timnya untuk menyiapkan strategi guna menangani krisis. Tindakan itu tidak hanya bisa dilakukan oleh AS saja, tapi juga dengan sekutur-sekutunya.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clintor sudah disiapkan untuk pergi ke Jenewa, Senin Mendatang. Itu untuk menghadiri Sidang Dewa Hak Asasi Manuasia PBB. Di Brussels, duta besar Uni Eropa mengatakan sudah siap menyambut ajakan AS. Mereka siap mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengatasi krisis Libya.