Reporter: Femi Adi Soempeno |
SINGAPURA. Harga minyak mentah anjlok dibawah US$ 53 per barel di New York setelah Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) memutuskan untuk menunda keputusan pemangkasan produksi mintak sekitar 2 minggu lagi.
Lambatnya pertumbuhan global berarti permintaan akan menjadi lebih rendah dari yang diprediksikan sebulan yang lalu. OPEC menegaskan hal itu pada pertemuan di Kairo, Sabtu (29/11).
“Kami mendapati pasar yang sedikit banyak lebih fokus pada faktor permintaan, dan kemungkinan suplai yang menjadi lebih sedikit,” kata Gerard Burg, energy and minerals economist National Australia Bank Ltd. di Melbourne. “Dampak dari pemangkasan ke depan, akan di redam oleh fakta bahwa selisih kapasitas akan semakin meningkat,” katanya.
Minyak mentah untuk pengiriman Januari terkilir sebesar US$ 1,47, atau 2,7% menjadi US$ 52,96 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange –sebesar US$ 53,30 pada pukul 9.56 waktu Singapura.
Kontrak juga tergelincir 1 sen pada 28 November, saat transaksi perdagangan menjadi lebih singkat karena libur Thanksgiving. Harga-harga meningkat 7,2% pada 26 November setelah China memangkas suku bunganya untuk melajukan perekonomian dan European Union merencanakan untuk menggelontorkan US$ 259 miliar sebagai langkah untuk membatasi dampak dari krisis finansial global.
OPEC yang menyuplai sedikitnya 40% minyak untuk kebutuhan seluruh dunia, berencana untuk bertemu kembali di Oran, Algeria, pada 17 Desember 2008 nanti. Organisasi ini sepakat untuk menunda pengambilan keputusan untuk melihat lebih jauh dampak yang muncul dengan pemangkasan yang disepakati bersama pada 24 Oktober 2008 lalu. Pasalnya, harga minyak kemudian malah anjlok sebesar 17%.
“Saat ini mereka melakukan hal yang tepat,” kata Tony Regan, konsultan energi independen di Singapura saat diwawancarai oleh Bloomberg News. “Jika mereka menggunting produksi minyak secara drastis maka harga minyak di pasaran akan kembali anjlok karena keprihatinan akan perekonomian global terus berlanjut, dan mereka akan menghadapi kekacauan,” imbuhnya.
Itu sebabnya, harga minyak yang terbilang fair adalah US$ 75 per barel. Angka ini akan mendukung investasi di ladang minyak yang baru.
Menciutnya permintaan berarti pasar global kelebihan pasokan minyak sebanyak lebih dari 2 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Perminyakan Gholamhossein Nozari. “OPEC mengharapkan bahwa semuanya melaju dengan perubahan yang terlihat dalam dua minggu ke depan,” kata Regan.
Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari juga terpeleset US$ 1,34, atau 2,%, menjadi US$ 52,15 per barel di ICE Futures Europe exchange London --US$ 52,20 pada pukul 9.57 waktu Singapura.
Persediaan minyak mentah AS melonjak 2,3% menjadi 320,8 juta barel per 21 November 2008. Sementara itu cadangan global setara dengan permintaan untuk 56 hari. Padahal, saat angka persediaan sudah lebih dari 52 hari, itu sudah terbilang tidak biasa.
Lambatnya pertumbuhan global berarti permintaan akan menjadi lebih rendah dari yang diprediksikan sebulan yang lalu. OPEC menegaskan hal itu pada pertemuan di Kairo, Sabtu (29/11).
“Kami mendapati pasar yang sedikit banyak lebih fokus pada faktor permintaan, dan kemungkinan suplai yang menjadi lebih sedikit,” kata Gerard Burg, energy and minerals economist National Australia Bank Ltd. di Melbourne. “Dampak dari pemangkasan ke depan, akan di redam oleh fakta bahwa selisih kapasitas akan semakin meningkat,” katanya.
Minyak mentah untuk pengiriman Januari terkilir sebesar US$ 1,47, atau 2,7% menjadi US$ 52,96 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange –sebesar US$ 53,30 pada pukul 9.56 waktu Singapura.
Kontrak juga tergelincir 1 sen pada 28 November, saat transaksi perdagangan menjadi lebih singkat karena libur Thanksgiving. Harga-harga meningkat 7,2% pada 26 November setelah China memangkas suku bunganya untuk melajukan perekonomian dan European Union merencanakan untuk menggelontorkan US$ 259 miliar sebagai langkah untuk membatasi dampak dari krisis finansial global.
OPEC yang menyuplai sedikitnya 40% minyak untuk kebutuhan seluruh dunia, berencana untuk bertemu kembali di Oran, Algeria, pada 17 Desember 2008 nanti. Organisasi ini sepakat untuk menunda pengambilan keputusan untuk melihat lebih jauh dampak yang muncul dengan pemangkasan yang disepakati bersama pada 24 Oktober 2008 lalu. Pasalnya, harga minyak kemudian malah anjlok sebesar 17%.
“Saat ini mereka melakukan hal yang tepat,” kata Tony Regan, konsultan energi independen di Singapura saat diwawancarai oleh Bloomberg News. “Jika mereka menggunting produksi minyak secara drastis maka harga minyak di pasaran akan kembali anjlok karena keprihatinan akan perekonomian global terus berlanjut, dan mereka akan menghadapi kekacauan,” imbuhnya.
Itu sebabnya, harga minyak yang terbilang fair adalah US$ 75 per barel. Angka ini akan mendukung investasi di ladang minyak yang baru.
Menciutnya permintaan berarti pasar global kelebihan pasokan minyak sebanyak lebih dari 2 juta barel per hari. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Perminyakan Gholamhossein Nozari. “OPEC mengharapkan bahwa semuanya melaju dengan perubahan yang terlihat dalam dua minggu ke depan,” kata Regan.
Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari juga terpeleset US$ 1,34, atau 2,%, menjadi US$ 52,15 per barel di ICE Futures Europe exchange London --US$ 52,20 pada pukul 9.57 waktu Singapura.
Persediaan minyak mentah AS melonjak 2,3% menjadi 320,8 juta barel per 21 November 2008. Sementara itu cadangan global setara dengan permintaan untuk 56 hari. Padahal, saat angka persediaan sudah lebih dari 52 hari, itu sudah terbilang tidak biasa.