Sumber: BBC |
ZURICH. Pembawa acara populer Amerika Serikat (AS), Oprah Winfrey, mengaku menjadi korban rasisme dalam kunjungannya ke Swiss.
Ia menceritakan bahwa seorang asisten menolak untuk melayaninya di sebuah toko tas kelas atas di Zurich.
Winfrey, salah satu wanita terkaya di dunia, diberitahu bahwa tas yang dipajang di toko itu "terlalu mahal" untuknya.
Pernyataan ini diungkapkan dalam sebuah program televisi AS di tengah sengketa politik atas adanya rencana beberapa kota di Swiss melarang pencari suaka di beberapa tempat umum.
Kelompok hak asasi manusia menyetujui rencana itu yang meliputi melarang pencari suaka untuk datang ke kolam renang, lapangan bermain dan perpustakaan untuk sistem pemisahan apartheid.
Masih ada rasisme
Winfrey, yang membintangi film terbaru Lee Daniels berjudul Butler, mengunjungi Zurich bulan lalu untuk menghadiri pernikahan penyanyi Tina Turner. The Oprah Winfrey Show tidak ditayangkan di Swiss.
Winfrey mengatakan dia meninggalkan toko dengan tenang tanpa berdebat, tapi pengalaman ini menjadi bukti bahwa rasisme masih menjadi masalah.
"Ada dua cara berbeda untuk mengatasinya," katanya.
"Saya bisa mengungkapkannya besar-besaran, tapi hal itu masih akan ada, tentu saja masih."
Pernyataan Oprah ini merupakan adalah bencana kehumasan bagi Swiss. Sekitar 48.000 orang saat ini mencari suaka di Swiss. Jumlah ini dua kali lebih banyak dibandingkan rata-rata Eropa.
Para pejabat mengatakan pembatasan, yang juga akan menempatkan pencari suaka di pusat-pusat khusus, ditujukan untuk mencegah ketegangan dengan warga. Hukum suaka negara itu diperketat pada Juni.