Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Penyelenggaraan pawai obor Olimpiade di seharusnya dilakukan di prefektur Osaka dibatalkan. Hal ini dilakukan karena rekor kasus infeksi virus corona baru mendorong pemerintah setempat mengumumkan keadaan darurat medis.
Otoritas kesehatan khawatir, varian virus yang berkembang saat ini dapat membuat gelombang keempat infeksi hanya 107 hari sebelum Olimpiade Tokyo dimulai. Padahal, Jepang masih dalam upaya vaksinasi tahap awal.
Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura mengatakan, pawai yang dilakukan di jalan raya akan dibatalkan. Dia menambahkan, bahwa sistem medis menghadapi tekanan yang sangat besar karena varian yang lebih menular membuat kasus meroket di kalangan anak muda.
"Hampir dapat dipastikan bahwa strain mutan ini sangat menular dengan kecepatan transmisi yang tinggi," katanya dalam sambutan yang disiarkan televisi, Rabu (7/4).
"Saya meminta semua penduduk prefektur Osaka untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu. Sistem medis dalam situasi yang sangat ketat."
Prefektur Osaka melaporkan 878 infeksi baru pada hari Rabu, angka rekor hari kedua berturut-turut. Kasus yang parah memenuhi sekitar 70% tempat tidur rumah sakit di wilayah tersebut.
Osaka dan prefektur tetangga Hyogo dan Miyagi mulai pada hari Senin akan melakukan lockdown selama sebulan, untuk mengendalikan jenis virus yang lebih ganas.
Baca Juga: Bos IMF pastikan Olimpiade Tokyo tidak akan merugikan ekonomi Jepang
Dalam beberapa hari terakhir, infeksi baru di Osaka telah melampaui infeksi di Tokyo, ibu kota Jepang, dan kota yang jauh lebih besar. Meski begitu, kasus Tokyo juga dalam tren naik, dengan 555 infeksi baru pada hari Rabu berada di level tertinggi sejak awal Februari.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan, dia bersiap untuk meminta langkah darurat serupa di wilayah ibu kota.
Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan pada hari Minggu bahwa langkah-langkah, yang memungkinkan pemerintah daerah untuk memberi kebijakan restoran untuk tutup lebih awal dan memungut denda bagi yang tidak patuh, akan diperluas sesuai kebutuhan.
Upaya vaksinasi di Jepang jauh di belakang sebagian besar negara ekonomi besar, dengan sekitar 1 juta orang diberi setidaknya satu dosis sejak Februari.
Angka itu mewakili kurang dari 1% populasi, dibandingkan hampir 2% di negara tetangga Korea Selatan, yang memulai kampanyenya setelah Jepang.