Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Osamu Suzuki, pemimpin legendaris Suzuki Motor Jepang yang memimpin perusahaan selama lebih dari empat dekade dan berperan besar menjadikan India sebagai salah satu pasar otomotif utama dunia, wafat pada usia 94 tahun.
Suzuki meninggal pada Hari Natal akibat limfoma, demikian pernyataan perusahaan yang ia pimpin dengan visi besar. Selama masa jabatannya sebagai CEO dan ketua, Suzuki memimpin Suzuki Motor melampaui fokus utamanya pada kendaraan mini domestik Jepang.
Mobil kecil berbentuk kotak dengan mesin 660 cc, yang diuntungkan oleh keringanan pajak di Jepang, menjadi salah satu keunggulan Suzuki, meskipun memerlukan efisiensi biaya yang sangat ketat. DNA efisiensi ini menjadi ciri khas perusahaan di bawah kepemimpinan Suzuki.
Baca Juga: Osamu Suzuki, Pemimpin Legendari Suzuki Motor Wafat di Usia 94 Tahun
Suzuki dikenal hemat. Ia bahkan memerintahkan pengurangan ketinggian plafon pabrik untuk menghemat biaya pendingin udara dan tetap terbang dengan kelas ekonomi hingga usia lanjut. Saat ditanya berapa lama ia akan bertahan di perusahaan, ia sering menjawab dengan candaan, "Selamanya, sampai saya meninggal."
Lahir dengan nama Osamu Matsuda, ia mengadopsi nama keluarga istrinya, Suzuki, melalui praktik tradisional Jepang ketika menikah. Mantan bankir ini bergabung dengan Suzuki Motor pada tahun 1958, perusahaan yang didirikan oleh kakek istrinya, dan menjadi presiden dua dekade kemudian.
Pada 1970-an, ia menyelamatkan perusahaan dari krisis dengan menjalin kerja sama dengan Toyota Motor untuk memasok mesin yang sesuai dengan regulasi emisi baru, sesuatu yang belum mampu dikembangkan Suzuki sendiri.
Baca Juga: Osamu Suzuki, Mantan CEO Suzuki Motor Corp. Meninggal Dunia pada Usia 94 Tahun
Keberhasilan lain datang dengan peluncuran Alto pada 1979, mobil mini yang menjadi populer dan memperkuat posisi Suzuki dalam kemitraannya dengan General Motors pada 1981.
Peran di India
Keputusan terbesar Suzuki adalah menginvestasikan pendapatan perusahaan selama setahun penuh untuk mendirikan pabrik mobil nasional di India. Motivasi pribadinya, menurut Suzuki, adalah keinginannya untuk menjadi yang terdepan di suatu tempat di dunia.
Pada masa itu, India masih merupakan pasar kecil dengan penjualan mobil tahunan di bawah 40.000 unit, sebagian besar merupakan model tiruan dari Inggris. Pemerintah India baru saja menasionalisasi Maruti, sebuah proyek yang awalnya dirancang untuk menciptakan "mobil rakyat" yang terjangkau.
Kemitraan Maruti dengan produsen asing sebelumnya gagal, termasuk dengan Renault, karena kendala biaya dan efisiensi bahan bakar.
Suzuki awalnya juga menolak proposal Maruti. Namun, setelah seorang direktur Suzuki di India membaca berita tentang potensi kesepakatan Maruti dengan rival Jepang, Daihatsu, Suzuki mengundang tim Maruti kembali untuk bernegosiasi. Dalam waktu singkat, kesepakatan ditandatangani.
Pada 1983, hatchback Maruti 800, yang berbasis Alto, diluncurkan dan langsung sukses. Saat ini, Maruti Suzuki menguasai sekitar 40% pasar mobil India.
Baca Juga: 6 Film Natal Legendaris yang Wajib Ditonton Setiap Tahun
Suzuki juga membawa budaya kesetaraan di India dengan memperkenalkan kantor terbuka, satu kantin untuk semua, dan seragam yang sama bagi eksekutif maupun pekerja lini produksi.
Suzuki menjalin kesepakatan besar dengan Volkswagen pada 2009, tetapi kerja sama ini berakhir dengan sengketa hukum, di mana Suzuki akhirnya berhasil membeli kembali sahamnya.
Ia menyerahkan jabatan CEO kepada putranya, Toshihiro, pada 2016 dan tetap menjadi ketua hingga usia 91 tahun. Hingga akhir hayat, ia terus memberikan saran strategis bagi perusahaan.
Pada 2019, Toyota mengakuisisi 5% saham Suzuki Motor, dan tahun depan, Maruti Suzuki akan mulai memproduksi mobil listrik untuk Toyota.
Baca Juga: 5 Motor Listrik Murah Tahun 2024, Mau Beli?
"Ia lebih dari sekadar pemimpin bisnis yang dikagumi. Ia adalah figur ayah yang menjadi pelopor kendaraan mini di Jepang," kata Ketua Toyota, Akio Toyoda, dalam pernyataannya pada Jumat, mengenang warisan besar Osamu Suzuki.