Reporter: Adi Wikanto, Reuters | Editor: Adi Wikanto
TOKYO. Kebocoran kembali terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang. Air radioaktif terlihat keluar dari sebuah bangunan pembuangan limbah di kompleks tersebut. Ini merupakan kemunduran bagi Tokyo Electric Power Co (Tepco), operator PLTN itu yang sedang menghentikan krisis nuklir pasca gempa dan tsunami 11 Maret lalu.
Tepco melaporkan kebocoran itu pada Kamis (26/5). Kondisi ini semakin memperparah kekhawatiran sejumlah kalangan terkait rencana pengalihan air radioaktif itu ke dalam kolam penampung. Dikhawatirkan, air radioaktif itu bisa mencemari air tanah dan Samudra Pacifik yang berada di dekatnya. Di hari yang sama, ahli dari Badan Energi Atom Internasional sudah mulai memeriksa peralatan di PLTN kedua, kompleks Tokai atau 120 KM utara Tokyo.
Sementara itu, dalam jajak pendapat oleh surat kabar Asahi pada hari itu, 42% persen koresponden menentang tenaga nuklir. Jumlah ini naik dari jajak pendapat sebelumnya, hanya 18%. Survei ini menunjukkan, ketakutan bahaya nuklir semakin meningkat. Masyarakat Jepang juga mengkritik pemerintah dan Tepco lambat mengatasi masalah itu. "Kami menilai, kritik itu karena kammi tidak banyak menyebarkan informasi. Padahal, kami juga tidak menutup-nutupi informasi kepada publik," kata Yukio Edano, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang.
Sehari sebelumnya, pemerintah telah mengizinkan sejumlah waga yang sempat diungsikan kembali ke rumahnya masing-masing untuk sementara waktu. Itu antara lain warga kota Futaba yang masih berada di zona 20 KM. Mereka diizinkan melihat kondisi rumahnya dan mengambil barang-barang yang diperlukan.
Namun, untuk kembali ke wilayah zona bahaya nuklir itu, warga harus menggunakan jas pelindung, masker, dan kacamata. Rekaman vidoe di wilayah itu menunjukkan, kota yang dulu ramai sudah berubah menjadi kota hantu. Wilayahnya sepi tanpa lalu lalang, yang ada hanya seekor anjing liar. "Itu bukan seperti rumah kami sendiri," kata seorang wanita Jepang kepada televisi setempat.