Reporter: Adi Wikanto, BBC | Editor: Adi Wikanto
TOKYO. Ekonomi Jepang tampaknya segera pulih kembali pasca bencana gempa dan tsunami 11 Maret kemarin. Ini diawali dengan perbaikan pabrik nuklir di Fukushima Jepang. Tanda-tanda kebocoran nuklir sudah tidak terlihat, sehingga memungkinkan pekerja memasuki gedung reaktor nuklir untuk pertama kali setelah rusak karena gempa.
Ada empat kelompok pekerja yang akan memasuki gedung itu. Mereka akan bekerja bergantian, memasang sistem ventilasi di rektor nuklir nomor satu. Ini berfungsi untuk menyaring bahan radioaktif dari udara sehingga bisa menurunkan tingkat radiasi di dalam gedung. Bila ini berhasil, pekerja bisa memasang sistem pendingin baru sehingga reaktor tersebut bisa berfungsi kembali.
Masing-masing kelompok terdiri 12 teknisi yang akan bekerja bergantian setiap 10 menit. Tokyo Electric Power Company (Tepco), pengelola reakor ini, menempuh cara itu karena ruang perbaikan sangat sempit. "Tempatnya sempit, pekerja harus memasang alat itu bergantian," ujar Junichi Matumoto, juru bicara Tepco, kemarin.
Sebelumnya, Tepco sudah memastikan tidak ada kebocoran nuklir di gedung itu. Mereka sudah merekam kondisi reaktor dengan menggunakan robot. Selain di reaktor nomor satu, mereka juga mengalami masalah serupa di tiga reaktor lainnya. Asal tahu saja, di perusahaan itu terdapat enam reaktor. Disamping itu, mereka juga harus menyelesaikan masalah limbah air yang terpapar radiasi di reaktor nomor dua.
Sementara, sampai saat ini warga masih dievakuasi 20 kilometer (KM) atawa 12 mil dari lokasi reaktor. Bencana gempa dan tsunami itu juga menyebabkan 14.786 jiwa tewas dan 10.271 orang hilang. Pemerintah jepang memperkirakan, pemulihan pasca bencana akan menghabiskan dana US$ 300 miliar. Ini merupakan anggaran terbesar dalam sejarah bencana.