Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Seorang ilmuwan dari pemerintah China menyebut potensi lonjakan kasus COVID-19 di negara tersebut dalam dua atau tiga bulan ke depan sangat kecil. Pasalnya ia menyebut 80% populasi China telah terinfeksi virus corona.
Wu Zunyou, Kepala Ahli Epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menyebut pergerakan massal masyarakat selama periode liburan Tahun Baru Imlek yang sedang berlangsung memang dapat meningkatkan infeksi di beberapa daerah.
Tetapi dia bilang gelombang COVID-19 kedua tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Ratusan juta orang China bepergian ke seluruh negeri untuk reuni liburan di tengah pelonggaran pembatasan COVID-19. Hal ini meningkatkan kekhawatiran adanya lonjakan kasus Covid-19 di kawasan pedesaan yang kurang siap untuk menangani wabah skala besar.
Baca Juga: Chris Hipkins akan Gantikan Jacinda Ardern Sebagai Perdana Menteri Selandia Baru
Sebelumnya seorang pejabat Komisi Kesehatan Nasional China menyebut negara tersebut telah melewati puncak pasien COVID-19.
Dimana hampir 60.000 orang telah meninggal di rumah sakit pada 12 Januari, sekitar sebulan setelah China secara tiba-tiba mencabut kebijakan nol COVID-nya.
Tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa angka itu mungkin jauh dari angka asli, karena tidak memperhitungkan pasien yang meninggal di rumah, dan karena banyak dokter mengatakan mereka tidak disarankan untuk menyebut COVID-19 sebagai penyebab kematian.