Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengimbau agar dunia bekerja sama menemukan vaksin coronavirus. IFRS memperingatkan kemungkinan tindakan sepihak yang dapat mencegah akses vaksin corona bagi negara-negara miskin.
"Kenyataannya memang ada risiko ini," kata Francesco Rocca yang mengepalai jaringan bantuan bencana terbesar di dunia itu kepada Reuters. "Semua orang harus memiliki akses terhadap perawatan yang menyelamatkan nyawa ini."
Baca Juga: Angka harian tertinggi, WHO konfirmasi 106.000 kasus baru corona di dunia
Pada hari Selasa, Amerika Serikat (AS) menolak redaksional dalam resolusi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirancang untuk memastikan negara-negara miskin bisa memiliki akses ke obat-obatan. AS berdalih itu sama saja mengirimkan "pesan yang salah" kepada inovator yang keterlibatannya sangat penting untuk menemukan solusi yang dibutuhkan seluruh dunia.
Virus corona baru yang menyebabkan penyakit pernapasan COVID-19, telah menginfeksi lebih dari 4,9 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan hampir 324.000 kematian, menurut penghitungan Reuters.
"Jika seseorang akan mengatakan vaksin ini adalah kekayaan intelektual perusahaan ini ... dan menetapkan harga tinggi sehingga membuatnya tidak mungkin atau sangat sulit untuk diakses, tentu saja bisa berdampak pada negara yang paling rentan," kata Rocca.
"Kami ingin mencegah beberapa keputusan sepihak yang bisa memengaruhi kesempatan mendapatkan perawatan dan vaksin untuk semua orang," kata Rocca, yang juga presiden Palang Merah Italia.
Baca Juga: Corona di ASEAN: Singapura tembus 29.000, Filipina 13.000, Malaysia 7.000
Rocca berbicara dari Roma tak lama setelah bertemu secara virtual dengan Kepala Palang Merah AS Antonio Guterres. Dia mengatakan mereka membahas pentingnya multilateralisme selama pandemi. IFRC memiliki 14 juta sukarelawan di 192 negara.
"Pada saat ini, beberapa negara tidak memberikan andil yang cukup untuk peran mulilateralisme dan ini menjadi perhatian," kata Rocca.
Amerika Serikat telah menangguhkan dana untuk WHO, menuduh agen AS mempromosikan "disinformasi" China tentang wabah itu. WHO membantah tuduhan itu dan China mengatakan itu transparan.