kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panaskan suasana, Mahathir sebut umat Muslim berhak bunuh orang Prancis


Jumat, 30 Oktober 2020 / 09:52 WIB
Panaskan suasana, Mahathir sebut umat Muslim berhak bunuh orang Prancis
ILUSTRASI. Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad turut memberikan komentar tajam terkait kebijakan Prancis yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad.


Sumber: South China Morning Post | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Di tengah kericuhan akibat kasus karikatur Nabi Muhammad di Prancis, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad turut memberikan komentar. Tokoh berusia 95 tahun ini bahkan menyebut umat muslim memiliki hak untuk membunuh orang Prancis.

Komentar tersebut disampaikan Mahathir melalui akun Twitter pribadinya pada hari Kamis (29/10). Dalam serangkaian utas yang dibuatnya, Mahathir dengan tegas mengecam tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memberi izin terbit kartun Nabi Muhammad di tabloid Charlie Hebdo.

Menyinggung sejarah kelam umat Muslim di tangan Prancis, Mahathir menyampaikan bahwa umat Muslim kini memliki hak untuk marah dan membunuh orang-orang Prancis.

"Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu," ungkap Mahathir dalam cuitannya, seperti dikutip South China Morning Post.

Tidak lama setelah diposting, komentar Mahathit tersebut langsung dihapus oleh pihak Twitter karena dianggap melanggar aturan keamanan. Meskipun begitu, rangkaian cuitan lain dalam utas Mahathir masih bisa dilihat hingga saat ini.

Cuitan Mahathir tersebut juga menerima banyak kritik dari warganet, baik yang berasal dari Malaysia maupun luar negeria. Banyak di antaranya mengatakan bahwa Mahathir telah mendorong tindak kekerasan.

Baca Juga: Berang dengan karikatur Erdogan, Turki akan ambil langkah hukum atas Charlie Hebdo

Dalam cuitan lain, Mahathir menuntut Prancis mengajari rakyatnya untuk menghormati orang lain.

"Tapi pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum ‘eye for an eye’. Muslim tidak melakukan itu. Orang Prancis juga tidak boleh. Sebaliknya, orang Prancis harus mengajari rakyatnya untuk menghargai perasaan orang lain," tulis Mahathir.

Hingga saat ini banyak negara Muslim yang menyampaikan kekecewaan dan kemarahannya atas Macron. Macron bahkan menyebut Islam sebagai agama yang sedang dalam krisis.

Dua pekan lalu, Jumat (16/10), seorang guru sejarah sekolah menengah di Prancis ditikam sampai mati di dekat sekolah tempat dia mengajar karena menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad.

Macron langsung menyampaikan upaya melawan radikalisme Islam yang ada di negaranya. Komentar tersebut membuat banyak umat Muslim marah karena Macron dianggap menggeneralisir penduduk Muslim.

Selanjutnya: Tunjukkan karikatur Nabi Muhammad saat mengajar, guru di Prancis tewas ditikam




TERBARU

[X]
×