kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Pandemi dan Inflasi Mendorong 67 Juta Orang Asia ke Dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem


Kamis, 24 Agustus 2023 / 09:48 WIB
Pandemi dan Inflasi Mendorong 67 Juta Orang Asia ke Dalam Jurang Kemiskinan Ekstrem
ILUSTRASI. Warga tiba dari Afghanistan berjalan menuju titik penyebrangan Friendship Gate di kota perbatasan Pakistan-Afganistan, Chaman, Pakistan, Kamis (19/8/2021). REUTERS/Saeed Ali Achakzai


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - FILIPINA. Asian Development Bank (ADB) dalam laporan terbarunya mencatat ada hampir 70 juta orang di Asia yang masuk ke dalam jurang kemiskinan ekstrem selama pandemi Covid-19 terjadi. Inflasi yang muncul beriringan pun jadi faktor kunci.

Laporan ADB yang dirilis hari Kamis (24/8) mengungkap sekitar 155,2 juta orang di negara-negara berkembang di Asia, atau 3,9% dari populasi di wilayah tersebut, hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2022.

Angka itu 67,8 juta lebih banyak dibandingkan jika tidak terjadi krisis kesehatan dan biaya hidup. Negara berkembang Asia terdiri dari 46 negara di Asia-Pasifik dan tidak termasuk Jepang, Australia, dan Selandia Baru.

Pada bulan Juli, ADB mencatat negara-negara berkembang di Asia berada pada jalur pertumbuhan sebesar 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Ketidakhadiran Xi Jinping dalam Pidato Penting BRICS Picu Spekulasi, Ada Apa?

Sayangnya, ADB mengatakan 30,3% populasi di kawasan tersebut, atau sekitar 1,26 miliar orang, masih dianggap rentan secara ekonomi hingga tahun 2030.

Berdasarkan pedoman tahun 2017, kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai hidup dengan pendapatan kurang dari US$2,15 per hari.

"Asia dan Pasifik terus mengalami pemulihan dari pandemi Covid-19, namun krisis biaya hidup yang meningkat menghambat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan," tulis ABD, dikutip Reuters.

Di sebagian besar negara berkembang Asia, inflasi telah melonjak ke level tertinggi hingga tahun lalu. Kondisi ini didorong oleh pulihnya aktivitas ekonomi dan meningkatnya gangguan rantai pasokan.

Baca Juga: Bursa Asia Menguat Pada Perdagangan Kamis (24/8) Pagi

Inflasi ini jelas berdampak pada semua orang, namun masyarakat miskin adalah kelompok yang paling terkena dampaknya. Masyarakat di kelas ini menjadi semakin sulit menabung dan membayar kebutuhan pokok termasuk layanan kesehatan dan pendidikan.

Kepala Ekonom ADB, Albert Park, menyarankan agar pemerintah di kawasan tersebut segera memperkuat jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan mendorong investasi untuk menyelamatkan ekonomi mereka.

"Dengan memperkuat jaring pengaman sosial bagi masyarakat miskin dan mendorong investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, pemerintah di kawasan ini dapat kembali ke jalur yang benar," kata Park.




TERBARU
Kontan Academy
Mudah Menagih Hutang Penyusunan Perjanjian & Pengikatan Jaminan Kredit serta Implikasi Positifnya terhadap Penanganan Kredit / Piutang Macet

[X]
×