kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Panel WHO: Banyak negara abaikan ancaman pandemi dan tidak siap menghadapinya


Jumat, 14 Mei 2021 / 04:45 WIB
Panel WHO: Banyak negara abaikan ancaman pandemi dan tidak siap menghadapinya


Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Skala bencana pandemi COVID-19 bisa dicegah, sebuah panel global independen menyimpulkan pada Rabu (12 Mei). Tetapi, koordinasi yang buruk berarti tanda peringatan tidak diindahkan.

Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (IPPPR) mengatakan, serangkaian keputusan buruk berarti COVID-19 terus membunuh setidaknya 3,3 juta orang sejauh ini dan menghancurkan ekonomi global.

Lembaga "gagal melindungi orang" dan para pemimpin yang menyangkal sains mengikis kepercayaan publik pada intervensi kesehatan, kata IPPPR dalam laporan akhirnya yang telah lama ditunggu.

Tanggapan awal terhadap wabah yang terdeteksi di Wuhan, China, pada Desember 2019 "tidak memiliki urgensi", dengan Februari 2020 sebagai "bulan hilang" yang mahal karena negara-negara tidak mengindahkan peringatan tersebut.

Untuk mengatasi pandemi saat ini, IPPPR meminta negara-negara terkaya untuk menyumbangkan satu miliar dosis vaksin kepada negara yang paling miskin.

Baca Juga: Sudah lebih dari seperempat juta warga India meninggal gara-gara virus corona

Dan, panel tersebut juga meminta negara-negara terkaya di dunia untuk mendanai organisasi baru yang didedikasikan untuk mempersiapkan pandemi berikutnya.

Laporan IPPPR itu diminta negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal Mei lalu.

Panel tersebut diketuai bersama oleh mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark dan mantan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf, penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2011.

Sistem alarm global perlu dirombak 

Laporan bertajuk COVID-19: Make It The Last Pandemic berpendapat, sistem alarm global perlu dirombak untuk mencegah bencana serupa.

"Situasi yang kita hadapi hari ini sebenarnya bisa dicegah," kata Sirleaf, seperti dikutip Channel News Asia. "Ini karena banyak sekali kegagalan, kesenjangan, dan penundaan dalam kesiapsiagaan dan respons".

Baca Juga: WHO: Varian virus corona dari India sudah ada di 44 negara



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×