Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
NEW YORK. Pernyataan the Federal Reserve tadi malam (18/3) menyandung reli dollar AS. Sejumlah analis memprediksi, pernyataan the Fed yang tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga akan menekan posisi dollar untuk jangka pendek.
Pada Rabu kemarin, indeks dollar anjlok sebesar 3% dan merupakan aksi jual dollar terburuk dalam enam tahun terakhir. Pemicunya tak lain pernyataan yang cenderung negatif (dovish) the Fed terkait kenaikan suku bunga acuan, pemangkasan outlook inflasi, dan peringatan the Fed bahwa ekonomi AS masih tumbuh moderat.
Sebaliknya, euro menguat dan bahkan nilai tukarnya sempat berada di level US$ 1,10 terhadap dollar pada transaksi sore dari sebelumnya US$ 1,05.
Seiring pelemahan dollar, pasar saham AS reli dan tingkat yield obligasi Amerika menurun.
Penguatan dollar AS merupakan faktor kunci bagi pasar dan mengirimkan gelombang ke pasar saham karena para trader cemas mengenai dampaknya terhadap keuntungan perusahaan multinasional. Namun, penguatan dollar juga menghapus kekhawatiran mengenai deflasi, karena keperkasaan dollar memukul pasar komoditas seperti minyak dan emas.
"Saya rasa hal ini benar-benar penting. Apa yang ditunjukkan kepada Anda adalah pergerakan dollar yang kita alami tahun ini benar-benar berdampak pada pemikiran the Fed. Mereka memang belum mengatakan hal itu sebelumnya, namun mereka sudah memberitahukan Anda melalui prediksi," jelas Jens Nordvig, global head of G-10 currency strategy Nomura.
Petinggi the Fed sudah memangkas kembali prediksi kenaikan suku bunga mereka ke lintasan yang lebih lambat dan lebih rendah. Mereka pada dasarnya memangkas titik tengah untuk 2015 menjadi setengah, dengan prediksi akhir tahun sekitar 0,6%.
Bank sentral juga memperkirakan inflasi akan melambat menjadi separuh dari proyeksi sebelumnya yakni di kisaran 0,6%-0,8% untuk 2015. Pejabat Fed juga mengurangi ekspektasi tingkat pengangguran jangka panjang ke kisaran 5%-5,2% dari proyeksi sebelumnya 5,2%-5,5%.
Untuk prediksi pertumbuhan, the Fed memangkasnya menjadi 2,3%-2,7% untuk 2015 dari 2,6%-3%, serta mengingatkan akan perlambatan pertumbuhan ekspor.
Terkait posisi dollar yang sudah naik lebih dari 10% (ytd), Nordvig mengatakan, kondisi itu masih akan berlanjut untuk beberapa bulan ke depan. Dia memprediksi, dollar akan melemah terhadap sejumlah mata uang emerging market yang sudah terpukul cukup dalam. "Saya rasa ini merupakan sesuatu yang bisa menjadi katalis dalam jangka pendek," imbuh Nordvig.
Nordvig meramal pergerakan dollar terhadap euro masih relatif konservatif dibanding analis yang lain. Banyak analis yang memprediksi paritas (keseimbangan nilai) antara dollar dengan euro pada tahun ini. Namun, target akhir tahunnya untuk euro masih US$ 1,05 per dollar.