Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Mesti Sinaga
Dalam pemungutan suara pada Jumat (9/12/2016) mayoritas anggota parlemen Korea Selatan memilih melakukan pemakzulan terhadap Presiden Park Geun-hye akibat skandal penyalahgunaan kewenangan.
Dalam pemungutan suara yang dilakukan secara tertutup, sebanyak 234 suara menyetujui pemakzulan dan 56 suara menentangnya. Hasil ini menunjukkan bahwa lusinan anggota parlemen dari Partai Saenuri, yang merupakan partai pendukung Park, mendukung gerakan pemakzulan tersebut.
Setidaknya dibutuhkan suara dari 200 anggota dari 300 kursi di parlemen untuk mengegolkan pemakzulan ini. Jurubicara Parlemen Korsel mengatakan, 7 suara didiskualifikasi, 2 suara abstain dan satu anggota parlemen tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara tersebut.
Mahkamah Konstitusi harus memutuskan apakah akan mengesahkan gerakan pemakzulan tersebut. Proses ini bisa memakan waktu hingga 180 hari. Sementara tugas-tugas Park sementara waktu akan diambilalih oleh Perdana Menteri Hwang Kyo-ahn
Presiden perempuan berusia 64 tahun ini dimakzulkan lantaran dituduh telah berkolusi dengan teman dan mantan ajudannya - keduanya telah didakwa jaksa – untuk menekan perusahaan-perusahaan besar menyumbang ke dua yayasan yang didirikan untuk mendukung kebijakan Park.
Presiden Park – yang masa jabatannya seharusnya baru akan berakhir pada Februari 2018 – membantah tuduhan tersebut. Tapi dia telah meminta maaf atas kecerobohannya terkait kedekatannya dengan temannya, Choi Soon-sil.
Park telah mengalami tekanan berat untuk mengundurkan diri. Namun pekan ini dia mengatakan akan menunggu keputusan pengadilan terkait pemakzulan yang diajukan parlemen.
Aksi massa terus berlangsung di ibukota, Seoul, setiap Sabtu selama enam minggu terakhir untuk menekan Park agar berhenti. Jajak pendapat menunjukkan dukungan publik yang luar biasa untuk impeachment-nya.
Beberapa saat sebelum pemungutan suara, aktivis anti-Park bentrok dengan polisi ketika mereka mencoba mendorong dua traktor hingga gerbang utama parlemen, di mana lebih dari 1.000 pengunjuk rasa berkumpul.
Polisi kemudian menutup lalu lintas di sebuah jalan raya 10 jalur di depan lapangan parlemen, dan memblokade jembatan.
Park - putri penguasa militer yang memimpin Korsel selama 18 tahun sebelum dibunuh kepala mata-mata tahun 1979 - akan kehilangan kekebalan sebagai presiden jika dia lengser lebih awal. Hal itu bisa membuatnya menghadapi tuntutan seperti penyalahgunaan kekuasaan dan dan penyuapan.
Survei yang dilakukan Gallup Korea –tidak berafiliasi dengan Gallup Inc dari AS – menunjukkan 81% responden yang mendukung pemakzulan.
Ketidakpastian politik ini membuat prospek ekonopmi Korsel memburuk. Selain itu, sentimen negatif juga datang dari kebijakan presiden AS terpilih Donald Trump di sektor perdagangan dan urusan luar negeri.