Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pasar saham China kembali dibuka pada hari Jumat (8/10), setelah istirahat tujuh hari dengan hampir tidak ada informasi terbaru terkait kasus utang Evergrande khususnya sikap perusahaan dan peran regulator.
Sekadar mengingatkan, Evergrande saat ini tengah menghadapi salah satu default terbesar di negara itu karena bergulat dengan utang lebih dari US$ 300 miliar.
Mengutip Reuters, perusahaan bulan lalu melewatkan pembayaran kupon pada dua tahap obligasi dolar. Sehingga memicu kekhawatiran tentang risiko penularan ke sektor properti di China karena rekan-rekan yang sarat utang terpukul dengan penurunan peringkat karena default yang menjulang.
Untuk sementara, penjualan aset menjadi salah satu upaya yang berhasil meredakan kekhawatiran seputar arus kas Evergrande. Hanya saja, analis menganggap utang Evergrande dan beberapa perusahaan properti China lainnya terlalu besar untuk diselesaikan dengan cepat.
Baca Juga: Bursa Asia melonjak seiring laju Wall Street pagi ini, Pasar China kembali buka
Bloomberg melaporkan pada hari Kamis bahwa beberapa pemegang obligasi dolar telah diundang oleh penasihat untuk melakukan pembicaraan dalam rangka membahas strategi yang akan dilakukan.
Sekelompok pemegang obligasi sebelumnya memilih bank investasi Moelis & Co dan firma hukum Kirkland & Ellis sebagai penasihat terkait potensi restrukturisasi
Sementara itu, regulator China belum membuat komentar baru apapun secara khusus tentang Evergrande. Padahal, bank sentral setempat telah mendesak lembaga keuangan untuk bekerja sama dengan departemen terkait dan pemerintah daerah untuk mempertahankan perkembangan yang stabil dan sehat di pasar properti dan menjaga kepentingan konsumen perumahan.
Investor juga telah menunggu kabar dari perusahaan setelah meminta penghentian perdagangan sahamnya di Hong Kong pada awal pekan kemarin sambil menunggu pengumuman tentang transaksi besar.
Baca Juga: Kasus Gagal Bayar Properti China Semakin Meluas
Evergrande Property Services Group juga meminta penghentian itu merujuk pada kemungkinan penawaran umum untuk saham perusahaan.
Selain itu, masalah sektor properti juga telah meningkat seperti ada dua agen properti Hong Kong mengatakan mereka menuntut Evergrande atas komisi yang belum dibayar, sementara obligasi perusahaan properti lain seperti Kaisa Group, Central China Real Estate dan Greenland terpukul oleh ketidakpastian.
Di sisi lain, perusahaan China yang diperdagangkan di AS seperti Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings mulai melonjak masing-masing sekitar 8% pada Kamis (7/10) dikarenakan kekhawatiran seputar hubungan perdagangan AS-China dan krisis utang Evergrande yang terlihat mereda.