Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar gula global diperkirakan akan berbalik arah dari defisit besar sebesar 5,2 juta ton pada musim 2024/25 menjadi surplus tipis sekitar 400.000 ton pada 2025/26.
Proyeksi ini disampaikan oleh perusahaan dagang komoditas Louis Dreyfus, dengan peningkatan produksi dari India mengimbangi panen yang lebih kecil di Brasil.
Dalam presentasi pada hari pertama New York Sugar Week, Dreyfus menyebut awal musim tebu di Brasil sebagai kondisi yang "sangat mengkhawatirkan", terutama dari sisi hasil pertanian dan kadar gula dalam tebu.
Baca Juga: 10 Ciri-Ciri Gula Darah Tinggi yang Jarang Disadari
Produksi India pada musim yang dimulai Oktober nanti diperkirakan naik tajam menjadi 30,5 juta ton, dari sebelumnya 26 juta ton.
Sebaliknya, panen tebu di Brasil wilayah tengah-selatan diperkirakan turun menjadi 39,3 juta ton dari 40,2 juta ton pada musim sebelumnya.
Proyeksi Louis Dreyfus tersebut tergolong salah satu yang paling rendah sejauh ini.
Badan pemerintah Brasil, Conab, memperkirakan produksi wilayah yang sama sebesar 41,8 juta ton, sementara broker Hedgepoint Global Markets memperkirakan 43,3 juta ton.
Baca Juga: Tom Lembong Setujui Impor Gula 200.000 Ton untuk Koperasi Polri
Dreyfus juga diketahui menjadi satu-satunya pihak yang menerima seluruh pengiriman fisik gula sebanyak 1,48 juta ton pada saat kontrak berjangka Mei di bursa ICE jatuh tempo pada 30 April lalu.
Perusahaan memperingatkan bahwa posisi investor di pasar cenderung terlalu banyak mengambil posisi jual (short), padahal kondisi pasokan dan permintaan masih relatif ketat.
“Ketergantungan besar pada Brasil menjadikan dinamika produksi di negara itu sebagai faktor fundamental utama penggerak harga,” tulis Dreyfus dalam presentasinya Senin (12/5).
“Kami hanya pernah melihat posisi dana spekulatif short sebesar ini pada musim 2018/19, ketika pasar gula mengalami surplus besar dan stok historis tertinggi. Kondisinya saat ini jauh berbeda,” lanjutnya.