Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - LONDON/SYDNEY. Pasar saham global mengalami penurunan pada hari Jumat di tengah kekhawatiran akan potensi shutdown pemerintah AS.
Saham-saham Eropa juga tertekan setelah Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif terhadap negara-negara di kawasan tersebut jika tidak meningkatkan pembelian minyak dan gas AS.
Kekhawatiran Shutdown Pemerintah AS
Kegagalan rancangan undang-undang anggaran di Dewan Perwakilan Rakyat AS yang didukung oleh Trump pada hari Kamis memicu kekhawatiran di kalangan investor.
Penolakan dari sejumlah besar anggota Partai Republik terhadap presiden terpilih ini meningkatkan risiko ketidakstabilan politik.
Baca Juga: Pemerintah AS Shutdown, Pasar Keuangan Global Terancam!
Investor juga mencermati indeks inflasi AS yang akan dirilis hari ini, yang dapat memengaruhi ekspektasi kebijakan suku bunga Federal Reserve tahun depan.
Eren Osman, Direktur Manajemen Kekayaan di Arbuthnot Latham, mengatakan: "Dengan Trump kembali menjadi sorotan, ada kemungkinan besar bahwa kebuntuan politik ini akan berlanjut melewati akhir pekan, bahkan berujung pada shutdown, yang akan menjadi fokus utama."
Ancaman Tarif Trump
Trump memberikan peringatan keras kepada mitra dagang utama AS untuk mengurangi surplus perdagangan mereka dengan AS. Melalui unggahan di Truth Social, ia menyatakan:
"Saya memberi tahu Uni Eropa bahwa mereka harus mengatasi defisit perdagangan mereka yang besar dengan AS melalui pembelian minyak dan gas skala besar. Jika tidak, TARIFFS sepanjang jalan!!!"
Pernyataan ini menambah tekanan pada saham Eropa, dengan indeks STOXX 600 turun 1%, memperpanjang penurunannya menjadi 3% dalam minggu ini.
Baca Juga: Ini yang Terjadi Bila Pemerintah AS Shutdown
Dampak pada Pasar Saham dan Obligasi
Pasar saham AS juga menunjukkan tren negatif, dengan indeks berjangka turun antara 0,7% hingga 1,1%.
Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian politik dan dampaknya terhadap ekonomi.
Di pasar obligasi, premi risiko atas kemungkinan default utang pemerintah AS meningkat.
Credit Default Swaps (CDS) untuk obligasi enam bulan AS mencapai level tertinggi empat minggu, naik menjadi 11 basis poin.
Prospek Kebijakan Federal Reserve
Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve tahun depan semakin berkurang.
Angka inflasi inti Personal Consumption Expenditures (PCE) yang akan dirilis pada Jumat dapat menjadi penentu arah kebijakan suku bunga.
Jika angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan, pasar dapat semakin meredam harapan untuk penurunan suku bunga pada tahun 2024.
Baca Juga: Krisis Anggaran, Pemerintah AS Menghadapi Ancaman Shutdown
Pergerakan Pasar Global
- Dolar AS: Turun 0,3% terhadap mata uang utama lainnya, tetapi tetap mendekati puncaknya dalam dua tahun.
- Yen Jepang: Menguat 0,4% terhadap dolar setelah sebelumnya melemah signifikan karena nada dovish dari Bank of Japan.
- Harga Minyak: Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,6% menjadi US$68,96 per barel.
- Harga Emas: Naik 0,5% menjadi US$2.605 per ounce, mencerminkan minat investor pada aset aman.