CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.781   34,00   0,20%
  • IDX 8.391   -25,70   -0,31%
  • KOMPAS100 1.162   -3,45   -0,30%
  • LQ45 846   -3,58   -0,42%
  • ISSI 293   -1,02   -0,35%
  • IDX30 442   -3,16   -0,71%
  • IDXHIDIV20 513   -1,65   -0,32%
  • IDX80 131   -0,58   -0,44%
  • IDXV30 136   -0,64   -0,47%
  • IDXQ30 141   -0,29   -0,21%

Pasar Mi Instan Dunia Meledak — Indonesia Jadi Raja Baru?


Selasa, 18 November 2025 / 09:14 WIB
Pasar Mi Instan Dunia Meledak — Indonesia Jadi Raja Baru?
ILUSTRASI. Merek mi instan asal Indonesia kini menjadi pesaing kuat di pasar negara berkembang. Hal tersebut diketahui berdasarkan laporan Macquarie. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Business Times,Business Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Merek mi instan asal Indonesia kini menjadi pesaing kuat di pasar negara berkembang. Hal tersebut diketahui berdasarkan laporan Macquarie pada Rabu (12/11/2025), dengan pertumbuhan industri mencapai 3–5% pada November 2025.

Mengutip Business Times, angka ini berada di jajaran tertinggi di Asia — China mencatat pertumbuhan 2–3%, sementara Filipina hanya di kisaran satu digit rendah.

“Mi instan yang dulunya dianggap kebutuhan sehari-hari di pasar massal Asia, kini mengalami perubahan dinamika — didukung globalisasi budaya Asia — yang mendorong pasar mi berkembang di AS, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA),” tulis laporan tersebut, termasuk tren budaya seperti K-pop.

“Melihat tren ini, produsen lokal di berbagai negara mulai meningkatkan portofolio produk dengan meluncurkan varian premium, seperti penambahan bahan berkualitas dan paket daging,” tambah laporan itu.

Jepang menjadi satu-satunya pasar mi instan yang pertumbuhannya melampaui Indonesia, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6%.

“Kami melihat kategori premium dan super-premium tumbuh lebih cepat dibandingkan pasar keseluruhan, terutama produk yang menawarkan kualitas lebih tinggi dan lebih sehat,” tulis Macquarie.

Baca Juga: Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bisa Mundur ke 2026: Pasar Was-Was

Macquarie juga menambahkan, “Perubahan pola konsumsi ini secara khusus menguntungkan merek Jepang dan Korea yang fokus pada inovasi produk dan citra premium.”

Di Indonesia, 87–90% pangsa pasar dikuasai oleh dua produsen: Indofood CBP dan Wings.

Sebagai pembanding, tiga pemain terbesar di China menguasai 73% pasar, dan Taiwan 75%.

Akuisisi Pinehill Mempercepat Dominasi Indonesia

Kebangkitan pemain mi instan Indonesia dipercepat setelah Indofood CBP mengakuisisi Pinehill Group pada 2020 senilai US$ 3 miliar.

Pinehill adalah produsen mi terbesar di Timur Tengah, melayani Arab Saudi, Mesir, Kenya, Turki, Serbia, dan Maroko. Perusahaan ini memiliki 12 pabrik di delapan negara dengan potensi pasar 550 juta konsumen.

Pinehill juga memproduksi dan memasarkan Indomie di Timur Tengah, Afrika, dan sebagian Eropa Timur.

“Wilayah Timur Tengah menawarkan kombinasi menarik antara konsumsi per kapita yang rendah dan kondisi makro serta demografi yang menguntungkan,” tulis Macquarie.

Rekomendasi saham dalam laporan Macquarie mencakup Indofood CBP dengan target harga Rp 11.500, serta Universal Robina dengan target harga Rp 88.

Potensi kenaikan (upside) Indofood CBP diperkirakan 33,7%, dan Universal Robina 23,1%.

Baca Juga: Terungkap: Negara dengan Cadangan Emas Terbesar dan Apa Artinya bagi Ekonomi Dunia

Sebaliknya, Macquarie bersikap hati-hati terhadap Nissin Foods dan Uni-President China dengan rating netral.

“Namun dampak tarif AS terhadap produsen mi Jepang relatif kecil karena mereka memproduksi di AS menggunakan bahan impor seperti minyak sawit,” tulis analis.

Indonesia menjadi pasar mi instan terbesar kedua di dunia pada 2024 berdasarkan konsumsi, mencapai 14,7 miliar porsi — hanya kalah dari China dan Hong Kong dengan 43,8 miliar porsi.

Konsumsi per kapita Indonesia mencapai 51,7 porsi — lebih tinggi dari Jepang (47,8) dan China Raya (30,9).




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×