Sumber: Business Times,Business Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dominasi Indonesia di Pasar ASEAN Menguat
Permintaan mi instan di Asia Tenggara termasuk yang tertinggi di dunia. Thailand mengonsumsi 57,8 porsi per kapita, dan Vietnam mencapai 80 porsi.
“Antara 2020–2024, CAGR konsumsi mi instan di Indonesia dan Vietnam masing-masing mencapai 2,6% dan 2,7% — jauh lebih tinggi dibandingkan pasar matang seperti Jepang dan Korea Selatan,” tulis Macquarie.
Dari 10 negara teratas, Indonesia dan Vietnam mencatat CAGR 4% untuk permintaan per kapita dalam periode tersebut — salah satu yang tertinggi secara global.
Optimisme terhadap mi instan ASEAN juga terlihat dari strategi ekspansi produsen China, Uni-President.
Riset menunjukkan Uni-President memperluas bisnis tepung, mi instan, dan minuman di Vietnam. Di Filipina, perusahaan ini mengakuisisi 7-Eleven serta membangun pabrik mi instan untuk memperkuat jaringan distribusi.
Dengan basis produksi di Thailand, Vietnam, dan Filipina, Uni-President telah menciptakan jaringan penjualan regional di Asia Tenggara.
Tonton: RI dan Malaysia Saling Klaim Durian Sebagai Buah Nasional
Persaingan Korea–Jepang Memanas di AS
Produsen Jepang menjadi pionir pasar mi di AS dengan membangun fasilitas produksi lokal dan melakukan adaptasi rasa.
Namun Korea kini mengejar ketat.
“Kami melihat merek Korea sebagai peraih peningkatan pangsa pasar terbesar — memproyeksikan Samyang dan Nongshim meningkat ke 36,1% pada 2028 dari 23,2%, sedangkan merek Jepang dan Asia lainnya akan kehilangan pangsa,” tulis Macquarie.
Riset menunjukkan ramen Korea — awalnya hanya pangan regulasi pemerintah — kini menjadi fenomena global berkat Korean Wave, viralitas media sosial, dan tren demografi yang mendukung.
“Perusahaan yang agresif berekspansi global, terutama Samyang, berada pada posisi terbaik untuk mengalahkan kompetitor yang bergantung pada pasar domestik yang stagnan.”
Samyang diproyeksikan menggandakan pangsa pasar menjadi 24% dalam dua tahun — menjadi konsolidator utama di AS.
Macquarie juga mencatat bahwa pasar merek China masih terlalu awal berkembang dan terbatas pada toko ritel Asia.
“Kami memproyeksikan pasar mi instan global akan tumbuh dengan CAGR 2,4% dari 2026 hingga 2028 — terutama didorong oleh pasar berkembang di EMEA dan Afrika. Margin di AS diperkirakan meningkat seiring popularitas mi dalam kondisi inflasi, ditambah dorongan tren budaya seperti K-pop.”
Kesimpulan
- Indonesia kini menjadi kekuatan besar dalam industri mi instan global — bukan hanya sebagai konsumen, tetapi produsen ekspor premium.
- Tren global bergeser dari mi murah kebutuhan pokok menjadi mi premium dengan bahan lebih baik.
- Akuisisi Pinehill mempercepat ekspansi Indomie ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
- ASEAN menjadi motor pertumbuhan global, sementara Jepang dan Korea mendominasi segmen premium di pasar maju.
- Korea bersiap mengambil alih pasar AS, terutama melalui Samyang.
- Prospek industri tetap positif dengan proyeksi pertumbuhan global stabil hingga 2028.













