Sumber: Business Times,Business Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Merek mi instan asal Indonesia kini menjadi pesaing kuat di pasar negara berkembang. Hal tersebut diketahui berdasarkan laporan Macquarie pada Rabu (12/11/2025), dengan pertumbuhan industri mencapai 3–5% pada November 2025.
Mengutip Business Times, angka ini berada di jajaran tertinggi di Asia — China mencatat pertumbuhan 2–3%, sementara Filipina hanya di kisaran satu digit rendah.
“Mi instan yang dulunya dianggap kebutuhan sehari-hari di pasar massal Asia, kini mengalami perubahan dinamika — didukung globalisasi budaya Asia — yang mendorong pasar mi berkembang di AS, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA),” tulis laporan tersebut, termasuk tren budaya seperti K-pop.
“Melihat tren ini, produsen lokal di berbagai negara mulai meningkatkan portofolio produk dengan meluncurkan varian premium, seperti penambahan bahan berkualitas dan paket daging,” tambah laporan itu.
Jepang menjadi satu-satunya pasar mi instan yang pertumbuhannya melampaui Indonesia, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6%.
“Kami melihat kategori premium dan super-premium tumbuh lebih cepat dibandingkan pasar keseluruhan, terutama produk yang menawarkan kualitas lebih tinggi dan lebih sehat,” tulis Macquarie.
Baca Juga: Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bisa Mundur ke 2026: Pasar Was-Was
Macquarie juga menambahkan, “Perubahan pola konsumsi ini secara khusus menguntungkan merek Jepang dan Korea yang fokus pada inovasi produk dan citra premium.”
Di Indonesia, 87–90% pangsa pasar dikuasai oleh dua produsen: Indofood CBP dan Wings.
Sebagai pembanding, tiga pemain terbesar di China menguasai 73% pasar, dan Taiwan 75%.
Akuisisi Pinehill Mempercepat Dominasi Indonesia
Kebangkitan pemain mi instan Indonesia dipercepat setelah Indofood CBP mengakuisisi Pinehill Group pada 2020 senilai US$ 3 miliar.
Pinehill adalah produsen mi terbesar di Timur Tengah, melayani Arab Saudi, Mesir, Kenya, Turki, Serbia, dan Maroko. Perusahaan ini memiliki 12 pabrik di delapan negara dengan potensi pasar 550 juta konsumen.
Pinehill juga memproduksi dan memasarkan Indomie di Timur Tengah, Afrika, dan sebagian Eropa Timur.
“Wilayah Timur Tengah menawarkan kombinasi menarik antara konsumsi per kapita yang rendah dan kondisi makro serta demografi yang menguntungkan,” tulis Macquarie.
Rekomendasi saham dalam laporan Macquarie mencakup Indofood CBP dengan target harga Rp 11.500, serta Universal Robina dengan target harga Rp 88.
Potensi kenaikan (upside) Indofood CBP diperkirakan 33,7%, dan Universal Robina 23,1%.
Baca Juga: Terungkap: Negara dengan Cadangan Emas Terbesar dan Apa Artinya bagi Ekonomi Dunia
Sebaliknya, Macquarie bersikap hati-hati terhadap Nissin Foods dan Uni-President China dengan rating netral.
“Namun dampak tarif AS terhadap produsen mi Jepang relatif kecil karena mereka memproduksi di AS menggunakan bahan impor seperti minyak sawit,” tulis analis.
Indonesia menjadi pasar mi instan terbesar kedua di dunia pada 2024 berdasarkan konsumsi, mencapai 14,7 miliar porsi — hanya kalah dari China dan Hong Kong dengan 43,8 miliar porsi.
Konsumsi per kapita Indonesia mencapai 51,7 porsi — lebih tinggi dari Jepang (47,8) dan China Raya (30,9).
Dominasi Indonesia di Pasar ASEAN Menguat
Permintaan mi instan di Asia Tenggara termasuk yang tertinggi di dunia. Thailand mengonsumsi 57,8 porsi per kapita, dan Vietnam mencapai 80 porsi.
“Antara 2020–2024, CAGR konsumsi mi instan di Indonesia dan Vietnam masing-masing mencapai 2,6% dan 2,7% — jauh lebih tinggi dibandingkan pasar matang seperti Jepang dan Korea Selatan,” tulis Macquarie.
Dari 10 negara teratas, Indonesia dan Vietnam mencatat CAGR 4% untuk permintaan per kapita dalam periode tersebut — salah satu yang tertinggi secara global.
Optimisme terhadap mi instan ASEAN juga terlihat dari strategi ekspansi produsen China, Uni-President.
Riset menunjukkan Uni-President memperluas bisnis tepung, mi instan, dan minuman di Vietnam. Di Filipina, perusahaan ini mengakuisisi 7-Eleven serta membangun pabrik mi instan untuk memperkuat jaringan distribusi.
Dengan basis produksi di Thailand, Vietnam, dan Filipina, Uni-President telah menciptakan jaringan penjualan regional di Asia Tenggara.
Tonton: RI dan Malaysia Saling Klaim Durian Sebagai Buah Nasional
Persaingan Korea–Jepang Memanas di AS
Produsen Jepang menjadi pionir pasar mi di AS dengan membangun fasilitas produksi lokal dan melakukan adaptasi rasa.
Namun Korea kini mengejar ketat.
“Kami melihat merek Korea sebagai peraih peningkatan pangsa pasar terbesar — memproyeksikan Samyang dan Nongshim meningkat ke 36,1% pada 2028 dari 23,2%, sedangkan merek Jepang dan Asia lainnya akan kehilangan pangsa,” tulis Macquarie.
Riset menunjukkan ramen Korea — awalnya hanya pangan regulasi pemerintah — kini menjadi fenomena global berkat Korean Wave, viralitas media sosial, dan tren demografi yang mendukung.
“Perusahaan yang agresif berekspansi global, terutama Samyang, berada pada posisi terbaik untuk mengalahkan kompetitor yang bergantung pada pasar domestik yang stagnan.”
Samyang diproyeksikan menggandakan pangsa pasar menjadi 24% dalam dua tahun — menjadi konsolidator utama di AS.
Macquarie juga mencatat bahwa pasar merek China masih terlalu awal berkembang dan terbatas pada toko ritel Asia.
“Kami memproyeksikan pasar mi instan global akan tumbuh dengan CAGR 2,4% dari 2026 hingga 2028 — terutama didorong oleh pasar berkembang di EMEA dan Afrika. Margin di AS diperkirakan meningkat seiring popularitas mi dalam kondisi inflasi, ditambah dorongan tren budaya seperti K-pop.”
Kesimpulan
- Indonesia kini menjadi kekuatan besar dalam industri mi instan global — bukan hanya sebagai konsumen, tetapi produsen ekspor premium.
- Tren global bergeser dari mi murah kebutuhan pokok menjadi mi premium dengan bahan lebih baik.
- Akuisisi Pinehill mempercepat ekspansi Indomie ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
- ASEAN menjadi motor pertumbuhan global, sementara Jepang dan Korea mendominasi segmen premium di pasar maju.
- Korea bersiap mengambil alih pasar AS, terutama melalui Samyang.
- Prospek industri tetap positif dengan proyeksi pertumbuhan global stabil hingga 2028.













