Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Data yang tersedia selama penutupan pemerintah AS baru-baru ini menunjukkan pasar tenaga kerja hampir stagnan, dengan klaim pengangguran negara bagian sedikit meningkat, jumlah PHK meningkat, dan tidak ada bukti peningkatan tekanan upah. Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller mengungkapkan, fakta-fakta ini membenarkan penurunan suku bunga 25 basis poin lagi ketika bank sentral AS bertemu bulan depan.
"Pasar tenaga kerja masih lemah dan hampir stagnan," kata Waller dalam pidato yang disiapkan untuk disampaikan kepada kelompok ekonom di London seperti dikutip Reuters.
" Sementara itu, inflasi, setelah dampak sementara tarif dikecualikan, relatif mendekati target The Fed sebesar 2%," kata Waller, sementara pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat.
Baca Juga: Wakil Ketua The Fed: Pemotongan Suku Bunga Selanjutnya Harus Ekstra Hati-hati
"Saya tidak khawatir inflasi akan meningkat atau ekspektasi inflasi akan meningkat secara signifikan," kata Waller.
"Fokus saya adalah pada pasar tenaga kerja, dan setelah berbulan-bulan melemah, kecil kemungkinan laporan ketenagakerjaan bulan September akhir pekan ini atau data lain dalam beberapa minggu ke depan akan mengubah pandangan saya bahwa pemangkasan suku bunga lagi diperlukan" ketika The Fed bertemu pada 9-10 Desember.
Penutupan pemerintah federal selama 43 hari menunda rilis data ekonomi inti, termasuk laporan ketenagakerjaan bulan September yang akan dirilis pada hari Kamis.
Waller, kandidat pengganti Ketua The Fed Jerome Powell di posisi puncak bank sentral tahun depan, mengatakan bahwa bank sentral tidak seperti yang dianalogikan beberapa rekannya, "terjebak dalam kabut" yang mengharuskannya menunda pemangkasan suku bunga hingga ada kejelasan lebih lanjut.
Baca Juga: Komentar Pejabat The Fed Guncang Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga
"Kami memiliki banyak data sektor swasta dan beberapa data sektor publik yang memberikan gambaran ekonomi AS yang tidak sempurna tetapi dapat ditindaklanjuti," ujarnya, termasuk informasi dari sumber-sumber swasta seperti pemroses penggajian ADP, klaim pengangguran pemerintah negara bagian, dan survei dari kelompok-kelompok seperti Conference Board dan University of Michigan.
Ia mengatakan penurunan sentimen konsumen dan tekanan pada keluarga yang anggarannya terbebani oleh perumahan dan biaya-biaya besar lainnya menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
"Saya khawatir kebijakan moneter yang restriktif membebani perekonomian, terutama terkait dampaknya terhadap konsumen berpenghasilan rendah dan menengah," kata Waller. "Pemotongan suku bunga pada bulan Desember akan memberikan perlindungan tambahan terhadap percepatan pelemahan pasar tenaga kerja dan mengarahkan kebijakan ke arah yang lebih netral."













