Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (29/10/2025) waktu setempat.
Namun Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa langkah ini bisa menjadi yang terakhir di tahun 2025.
Dalam konferensi pers usai rapat kebijakan dua hari, Powell mengatakan keputusan penurunan suku bunga ke kisaran 3,75%–4,00% merupakan bentuk dukungan terhadap pasar tenaga kerja yang mulai melambat.
Baca Juga: Harga Emas Melonjak 2% Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Namun, ia menegaskan bahwa langkah lanjutan pada Desember belum tentu terjadi.
“Dalam pembahasan komite, terdapat pandangan yang sangat beragam mengenai langkah ke depan. Pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada Desember bukanlah hal yang pasti,” ujar Powell.
“Kebijakan moneter tidak berjalan dengan pola yang telah ditetapkan sebelumnya,” imbuhnya.
Keputusan tersebut tidak bulat. Dua pejabat The Fed, Gubernur Stephen Miran dan Presiden The Fed Kansas City Jeffrey Schmid menyatakan dissenting opinion.
Miran menginginkan pemangkasan yang lebih dalam, sementara Schmid menilai suku bunga sebaiknya ditahan karena inflasi masih menjadi risiko.
Powell juga menyoroti keterbatasan data ekonomi akibat penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang menghambat publikasi data resmi.
Baca Juga: Bill Gates Serukan Perubahan Arah Strategi Perang Iklim, Fokus ke Manusia
“Kami seperti mengemudi dalam kabut. Dalam kondisi seperti ini, yang paling bijak adalah memperlambat laju,” kata Powell.
Selain memangkas suku bunga, The Fed juga mengumumkan akan mengakhiri pengetatan neraca (balance sheet drawdown) pada Desember dan mulai kembali melakukan pembelian terbatas surat utang pemerintah AS (Treasury securities).
Kebijakan ini bertujuan menjaga likuiditas pasar uang yang mulai mengetat.
Langkah tersebut membuat total aset The Fed tetap di sekitar US$6,61 triliun, dengan hasil pelunasan surat berharga berbasis hipotek akan dialihkan ke Treasury bills.
Powell menilai suku bunga saat ini telah berada di zona “moderat restriktif”, memberi tekanan cukup terhadap inflasi yang diperkirakan akan naik sementara akibat tarif impor baru yang diberlakukan pemerintahan Trump, sebelum kemudian menurun kembali ke target 2%.
Baca Juga: BlackRock Perkuat Portofolio Kripto, Fokus pada Bitcoin dan Ethereum pada 2025
Menurut pernyataan resmi The Fed, risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Inflasi, berdasarkan indeks PCE terakhir sebelum shutdown, naik dari 2,3% pada April menjadi 2,7% pada Agustus, masih di bawah proyeksi 3% pada akhir tahun.
Pasar saham AS sempat berbalik melemah setelah Powell menahan ekspektasi pemangkasan lanjutan.
Pelaku pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Desember turun menjadi sekitar 70%, dari 90% sebelumnya.













