Sumber: Bloomberg | Editor: Harris Hadinata
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga mata uang kripto bitcoin terus terjun bebas. Mata uang kripto berkapitalisasi pasar terbesar ini tengah bergerak menuju US$ 80.000 per BTC. Per pukul 11.51 WIB, Selasa (18/11/2025), bitcoin dihargai US$ 89.719, 84.
Penurunan bitcoin ini memperdalam aksi jual yang telah menghapus semua keuntungan dari kenaikan harga yang dicetak sepanjang tahun 2025 berjalan ini. Di pasar opsi, para pedagang semakin banyak memasang posisi bearish, dengan keyakinan bahwa penurunan ini masih jauh dari selesai karena pembeli berkantong tebal mulai mundur.
Pergeseran sentimen terjadi dengan cepat dan tajam. Permintaan untuk hedging atas penurunan di level US$ 85.000 dan US$ 80.000 semakin banyak. Menurut data Deribit yang dimiliki Coinbase, kontrak opsi protektif yang berakhir akhir bulan ini mencatatkan aktivitas yang sangat tinggi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Masih Ping-Pong, Pasar Tunggu Keputusan The Fed & Kesepakatan AS-China
Setelah bitcoin mencapai level harga tertinggi, trader di pasar semakin banyak yang memasang kontrak dengan posisi turun, jauh melampaui kontrak pada posisi bullish. "Pembeli yang mengakumulasi posisi selama enam bulan terakhir kini mendapati mereka berada dalam posisi yang jauh di bawah rata-rata," kata Chris Newhouse, Direktur Riset Ergonia, perusahaan yang berspesialisasi dalam keuangan terdesentralisasi, dikutip Bloomberg.
Kerugian saat ini terutama dirasakan oleh perusahaan-perusahaan yang dikenal sebagai treasury aset digital, yang melakukan pembelian mata uang kripto dalam jumlah besar awal tahun ini. Sejumlah perusahaan kini menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menjual aset guna melindungi neraca mereka.
Tapi, penjualan tersebut menciptakan tekanan psikologis lebih besar. Pasar dipenuhi investor yang sudah mencetak kerugian terlalu besar untuk membeli lebih banyak, tetapi belum siap untuk mengurangi kerugian mereka.
Baca Juga: Harga Bitcoin Ambruk ke Posisi Terendah dalam 6 Bulan: Apa Penyebabnya?
Indeks sentimen Fear & Greed yang disusun oleh platform analisis data CoinMarketCap, yang melacak momentum harga, volatilitas, derivatif, dan lainnya, menunjukkan para pelaku kripto terjebak dalam kondisi ketakutan yang ekstrem.
Sentimen fundamental global juga mempengaruhi prospek kripto, sehingga mata uang ini berpotensi terus turun. “Saya pikir pembicaraan tentang gelembung ekonomi The Fed dan AI adalah dua hambatan utama bagi aset kripto dan berisiko menjelang akhir tahun,” kata Adam McCarthy, analis riset Kaiko.
Selain bitcoin, ether juga rentan terhadap perkembangan ekonomi global saat ini. Mata uang kripto terbesar kedua di dunia ini telah turun lebih dari 20% sejak awal Oktober. "Ether sangat rentan karena perusahaan-perusahaan treasury aset digital terbesar saat ini berada di posisi yang kurang menguntungkan," kata Greg Magadini, Direktur Derivatif Amberdata.













