Sumber: Benzinga | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Analis di JPMorgan telah mengidentifikasi titik harga terendah dari penurunan Bitcoin yang sedang berlangsung, sekaligus memproyeksikan potensi tantangan besar terhadap kapitalisasi pasar emas pada 2026.
Data Benzinga menunjukkan, harga Bitcoin mengalami penurunan tajam ke level sedikit di atas US$ 94.000 per BTC minggu ini, setelah sebelumnya menyentuh puncak US$ 126.000 pada Oktober.
Namun demikian, analis JPMorgan menyebut bahwa harga dasar Bitcoin sudah dapat terlihat, dengan mengatakan bahwa biaya produksi US$ 94.000 menunjukkan potensi penurunan yang sangat terbatas dari harga saat ini.
Selain itu, tim analis JPMorgan yang dipimpin oleh Nikolaos Panigirtzoglou, kembali menegaskan proyeksi harga Bitcoin tahun 2026, yang dinilai dapat membuat Bitcoin menantang nilai kapitalisasi pasar emas sebesar US$ 28,3 triliun, seperti diberitakan Forbes.
Mereka menyoroti bahwa rasio volatilitas Bitcoin terhadap emas terus menurun, yang mengindikasikan harga Bitcoin berpotensi mencapai hampir US$ 170.000 pada tahun 2026.
Tahun ini, emas telah melonjak hingga mencapai kapitalisasi pasar US$ 28,3 triliun, jauh melampaui nilai Bitcoin yang berada di kisaran US$ 1,9 triliun. Namun analis JPMorgan menilai kondisi tersebut justru menunjukkan potensi kenaikan signifikan bagi Bitcoin dalam 6-12 bulan ke depan.
Baca Juga: Sinyal Bearish Muncul, Inflow 10.000 BTC Ancam Stabilitas Harga Bitcoin
Bitcoin Kian Tertekan, Reli Panjang Terancam Hilang
Meski harga Bitcoin bergerak fluktuatif, sejumlah pengamat pasar kripto tetap menunjukkan optimisme.
Menurut laporan, Zhong Yang Chan, kepala riset di CoinGecko, menyebut sejumlah katalis positif seperti:
- pertumbuhan Bitcoin dan ETF,
- perusahaan treasury berbasis aset kripto,
- meningkatnya adopsi stablecoin, serta
- dorongan Wall Street menuju tokenisasi aset
- sebagai faktor pendorong harga Bitcoin.
Baca Juga: Harvard Tingkatkan Kepemilikan Bitcoin, Apa Artinya Bagi Industri Kripto?













