kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

Profesor Ekonomi Harvard Ini Akui Salah Prediksi, Bitcoin Justru Tembus US$100.000


Kamis, 21 Agustus 2025 / 18:27 WIB
Profesor Ekonomi Harvard Ini Akui Salah Prediksi, Bitcoin Justru Tembus US$100.000
ILUSTRASI. Kenneth S. Rogoff, profesor ekonomi di Harvard University sekaligus mantan kepala ekonom IMF, pernah membuat prediksi kontroversial soal Bitcoin. REUTERS/Benoit Tessier/Illustration


Sumber: CoinDesk,Yahoo Finance | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun 2018, Kenneth S. Rogoff, profesor ekonomi di Harvard University sekaligus mantan kepala ekonom International Monetary Fund (IMF), pernah membuat prediksi kontroversial mengenai Bitcoin (BTC).

Ia menyatakan bahwa dalam jangka 10 tahun, harga Bitcoin lebih mungkin turun menjadi US$100 daripada naik ke US$100.000.

Namun, kenyataannya justru berbalik. Pada 2025 ini, harga Bitcoin telah menembus level di atas US$100.000, atau naik sepuluh kali lipat dibandingkan Maret 2018 ketika BTC masih diperdagangkan di bawah US$10.000.

Refleksi Rogoff: Salah Prediksi karena Regulasi Tidak Seperti yang Dibayangkan

Pada Selasa (19/8), ketika harga Bitcoin bergerak di sekitar US$113.000, Rogoff mengakui bahwa ia meleset dalam prediksinya. Melalui unggahan di platform X (Twitter), ia mengatakan bahwa kesalahannya terletak pada perkiraan bahwa pemerintah Amerika Serikat akan mengambil langkah tegas untuk mengatur penggunaan kripto.

Baca Juga: Transfer Bitcoin Senilai US$548 Juta oleh BlackRock Memicu Kekhawatiran

“Saya terlalu optimistis bahwa AS akan segera bertindak dengan regulasi kripto yang masuk akal,” tulis Rogoff.

Ia menilai bahwa para pembuat kebijakan seharusnya sejak awal mengadopsi regulasi yang ketat untuk mencegah kripto digunakan dalam penghindaran pajak dan aktivitas ilegal. Namun, realitasnya, regulasi di AS masih dinilai longgar, sehingga justru memberi ruang bagi Bitcoin dan aset digital lain untuk berkembang pesat.

Bitcoin dan Ekonomi Bayangan Global

Rogoff juga menyoroti bahwa dirinya meremehkan peran Bitcoin dalam ekonomi global, khususnya dalam ekonomi bayangan (underground economy) yang bernilai sekitar US$20 triliun.

“Permintaan ini memberi semacam lantai pada harga Bitcoin,” kata Rogoff, sambil mengaitkannya dengan pembahasan dalam bukunya yang baru terbit, Our Dollar, Your Problem.

Menurutnya, penggunaan Bitcoin dalam transaksi lintas batas yang sulit diawasi regulator menambah daya tariknya sebagai alternatif mata uang fiat di sektor-sektor ekonomi yang tidak sepenuhnya transparan.

Baca Juga: Panik di Pasar Kripto? Analis Sebut Penurunan Bitcoin Hanya Bersifat Sementara

Kritik terhadap Konflik Kepentingan Regulator

Lebih jauh, Rogoff menyinggung adanya “benturan kepentingan” dalam dunia regulasi. Ia menuding sebagian regulator menyimpan aset kripto bernilai ratusan juta bahkan miliaran dolar, namun tidak ada konsekuensi hukum yang jelas.

Kondisi ini, menurutnya, memperkuat persepsi bahwa regulasi kripto tidak hanya lemah, tetapi juga bias terhadap kepentingan tertentu.

Selanjutnya: IHSG Berpeluang Menguat, Cermati Saham Rekomendasi Analis untuk Jumat (22/8)

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×