Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan bearish pada Bitcoin (BTC) kembali meningkat setelah lebih banyak trader menunjukkan tanda-tanda akan melepas kepemilikan mereka, seiring kondisi pasar yang semakin melemah.
Data terbaru dari Santiment, yang dibagikan analis kripto Ali Martinez pada 16 November, menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 BTC, senilai hampir US$1 miliar mengalir ke bursa kripto dalam kurun 72 jam.
Lonjakan inflow ini menimbulkan kekhawatiran bahwa potensi aksi jual besar sedang meningkat pada saat sentimen pasar masih rapuh.
Inflow Melonjak, Risiko Tekanan Jual Meningkat
Arus masuk Bitcoin ke bursa umumnya mengindikasikan investor tengah bersiap menjual aset mereka. Data menunjukkan inflow meningkat tajam bersamaan dengan penurunan harga jangka pendek, sementara pasokan BTC di bursa juga naik setelah berbulan-bulan mengalami penurunan.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Cetak Uang Besar-besaran Akan Jadi Pemicu Lonjakan Harga Bitcoin
Pergeseran ini secara luas dipandang sebagai pemicu bearish, karena inflow besar meningkatkan likuiditas dan membuka peluang terjadinya aksi jual agresif — terutama ketika Bitcoin berjuang mempertahankan level support penting.
Secara historis, inflow besar sering kali bertepatan dengan penurunan harga spot secara cepat, menegaskan betapa sensitifnya harga Bitcoin terhadap perubahan pasokan yang mendadak. Jika tren inflow ini berlanjut, pasar berpotensi mengalami retracement lebih dalam.
Tekanan Bearish Meningkat: Supertrend Mingguan Berubah Merah
Tekanan jual semakin terasa ketika Bitcoin kesulitan menjaga zona support US$95.000. Analis kripto Ted Pillows melalui X pada 17 November memperingatkan sinyal teknikal utama: indikator Supertrend mingguan Bitcoin berubah merah untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Baca Juga: Harvard Tingkatkan Kepemilikan Bitcoin, Apa Artinya Bagi Industri Kripto?
Perubahan ini muncul setelah harga Bitcoin turun dari area US$130.000, memutus tren naik multi-tahun yang dimulai pada akhir 2022. Fase merah sebelumnya, yakni pada 2021–2022, juga bertepatan dengan penurunan panjang, sementara fase hijau mendukung pembentukan higher high yang konsisten.
Kini, dengan harga bergerak di antara US$95.000 – US$100.000, Bitcoin telah jatuh di bawah pita support Supertrend, menandakan bahwa kendali pasar telah berpindah ke pihak penjual.
Formasi lower high dan melemahnya momentum setelah kegagalan menembus US$120.000 dan US$130.000 kian memperbesar risiko penurunan.
Walau rebound masih mungkin terjadi, Supertrend bearish menunjukkan bahwa setiap pemulihan akan menghadapi resistensi kuat, kecuali pembeli mampu merebut kembali level tren penting di timeframe mingguan.
Analisis Harga Bitcoin
Saat ini, bitcoin diperdagangkan kisaran US$95.498, turun hampir 1% dalam 24 jam terakhir dan melemah hampir 10% secara mingguan.
Dengan tekanan jual yang berpotensi meningkat, bulls Bitcoin kini menghadapi tantangan krusial: mempertahankan support US$95.000 yang semakin rapuh. Kegagalan mempertahankan level ini dapat membuka jalan bagi koreksi lebih dalam dalam waktu dekat.













