kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pasar Properti Pulih, PBOC Menyakini Ekonomi China Akan Tumbuh 5%


Jumat, 14 April 2023 / 12:25 WIB
Pasar Properti Pulih, PBOC Menyakini Ekonomi China Akan Tumbuh 5%
ILUSTRASI. REUTERS


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pasar properti China sudah menunjukkan pemulihan. Kondisi ini membuat bank sentralnya, People's Bank of China (PBOC), optimis bahwa target pertumbuhan ekonomi yang sudah dicanangkan tahun ini akan tercapai. 

China menargetkan produk domectik bruto (PDB) tahun 2023 tumbuh sebesar 5%. Adapun tahun 2022, pertumbuhan ekonomi negara ini hanya 3%.

"Ekonomi China telah stabil dan bangkit kembali, inflasi tetap rendah, dan pasar properti menunjukkan perkembangan positif," kata Yi Gang, Gubernur PBOC dalam pertemuan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan G20, dilansir Bloomberg, Jumat (14/3).

Sejumlah ekonom yang disurvei Bloomberg memandang target PDB tersebut akan dapat dengan mudah dicapai China tahun ini.

Perekonomian China pulih setelah kebijakan pembatasan Covid-19 yang sangat ketat resmi dicabut dan gelombang infeksi Covid-19 mereda meskipun indikator terbaru menunjukkan ada sinyal kontradiktif pada kekuatan pemulihan tersebut. 

Penjualan rumah baru China pada Maret tercatat meningkat tajam hingga 55,7% dibanding bulan sebelumnya. Ini didorong sejumlah kebijakan pemerintah untuk mengerek permintaan rumah baru di 14 kota.  

Berdasarkan data China Index Academy, penjualan rumah baru  di kota- kota tingkat satu, termasung Beijing dan Shanghai, meningkat paling kencang yakni 73%. Sedang penjualan di kota-kota tingkat dua dan tingkat tiga masing-masing tumbuh 54,7% dan 28,6%.  

Data ini akan menjadi berita baik bagi sektor properti. Sektor ini pernah menjadi pilar pertumbuhan ekonomi China, tetapi dihantam oleh beberapa krisis sejak pertengahan 2021, termasuk gagal bayar utang pengembang dan terhentinya pembangunan proyek-proyek perumahan yang sudah terjual.  

Para pembuat kebijakan di negara ini telah memperkenalkan paket bailout yang komprehensif pada akhir tahun lalu untuk mendorong penjualan dan memungkinkan penyelesaian proyek, yang membantu meningkatkan sentimen.  

Pemerintah daerah juga terus melonggarkan pembatasan properti atau meluncurkan kebijakan stimulus untuk meningkatkan sentimen pembeli rumah baru. Kota Xiamen di tenggara melonggarkan pembatasan pembelian rumah, memungkinkan lebih banyak penduduk untuk membeli properti. 

Adapun, harga rumah baru di 100 kota di China naik dengan laju tercepat dalam sembilan bulan terakhir di bulan Maret. 

Dalam pertemuan negara G20, Yi juga mengatakan bahwa China bersedia mengimplementasikan skema bantuan keringanan utang  yang diadopsi G20 atau yang dikenal dengan istilah Common Framework for Debt Treatment.

Common Framework telah dimulai pada akhir 2020 untuk mempertemukan negara-negara kreditur trandisionel seperti AS dan Prancis dengan kreditur baru, termasuk China.

China sebagai pemberi pinjaman terbesar untuk negara-negara berkembang, mulai melunakkan pendiriannya selama diskusi pertemuan G20 tentang bagaimana merestrukturisasi utang yang dipegang oleh negara-negara miskin.

Namun, Sri Lanka dan kreditur utamanya pada Kamis (13/4) resmi melakukan pembicaraan restrukturisasi utangnya tanpa melibatkan China. Padahal Beijing merupakan pemberi pinjaman bilateral terbesar ke negara itu. 

Hal ini tentu menjadi sinyal peningkatan frustasi dalam melakukan pendekatan dengan China untuk mengatasi penyelesaian utang-utang negera berkembang. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×