kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan kurang, negara-negara di dunia berebut vaksin melawan Covid-19


Jumat, 09 April 2021 / 14:04 WIB
Pasokan kurang, negara-negara di dunia berebut vaksin melawan Covid-19
ILUSTRASI. Botol dengan label vaksin penyakit virus korona (COVID-19). REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Upaya dunia melawan pandemi Covid-19 dalam waktu pendek akan menghadapi tantangan ketersediaan vaksin. Otomatis, berbagai negara harus berebut untuk mengamankan vaksin bagi warga negara masing-masing. 

China yang ambisius dengan target memvaksin 40% dari 560 juta orang populasinya pada akhir Juni akan kekurangan pasokan. Lantaran regulator kesehatan meluncurkan program vaksinasi 5 juta dosis per hari yang menjadikan negara itu paling cepat di dunia. Jumlah itu jauh dari kemampuan produsen menghasilkan vaksin siap pakai.

Agar ketersediaan vaksin aman, Komisi Kesehatan Nasional China memperpanjang interval antara suntikan pertama dan kedua bagi penerima vaksin. Selain itu, kelangkaan pasokan akan membuat beberapa orang tidak dapat memesan vaksin suntikan kedua mereka, mengutip Hindustan Times, Jumat, (9/4). 

Kendati demikian, China mendapatkan pasokan vaksinnya dari pabrikan dalam negeri. Sehingga memberinya kendali lebih daripada kebanyakan negara yang berjuang untuk mengamankan dosis. 

Baca Juga: Pemerintah Hong Kong menunda impor vaksin AstraZeneca, karena masalah keamanan

Keterbatasan pasokan vaksin juga akan menjadi penghambat upaya Australia memerangi Covid-19 di negeri Kangguru. 

Perdana Menteri Scott Morrison bilang program pemberian dosis pertama bagi semua orang dewasa ditargetkan selesai pada Oktober  mendatang.

“Tetapi keadaan bisa saja berubah. Tidak ada jaminan peluncuran program vaksinasi dewasa akan berjalan lancar,” papar Morrison. 

Peringatan itu ia keluarkan setelah menulis kepada para pemimpin Uni Eropa untuk meminta persetujuan segera agar 3,1 juta dosis dikirim ke Australia berdasarkan kesepakatan yang disepakati September lalu. Namun harapan kedatangan vaksin itu terhalang oleh larangan ekspor, mengutip The Sydney Morning Herald. 

Guna mengurangi ketergantungan impor vaksin, Australia tengah berharap produksi vaksin AstraZeneca yang dilakukan oleh perusahaan CSL di Melbourne bisa mengisi kebutuhan domestik. 

Namun, pemerintah mengonfirmasi pada hari Rabu bahwa CSL telah meleset dari targetnya untuk mengirimkan 2 juta dosis vaksin Covid-19 kepada pemerintah Australia pada akhir Maret.

“Awalnya, CSL memperkirakan pada Februari akan melepaskan dua juta dosis pada akhir Maret dan kemudian melepaskan satu juta dosis seminggu setelah itu. Tetapi sejauh ini, perusahaan baru mengirim 1,3 juta dosis,” papar Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt.

Hal serupa juga dialami oleh India dimana 10 negara bagian melaporkan pasokan vaksin hanya tersisa kurang dari empat hari mendatang, mengutip Telegraph pada Jumat (9/4). Padahal negara itu tengah berjuang dalam menghadapi gelombang kedua dari Covid-19. 

Di negara bagian timur Odisha, kekurangan telah mengakibatkan pihak berwenang menutup hampir setengah dari situs imunisasi. Sementara fasilitas vaksinasi juga telah ditutup di negara bagian barat Maharashtra yang menjadi rumah bagi ibu kota keuangan India, Mumbai.

Baca Juga: Indonesia turns to China for more vaccines after AstraZeneca delays

Jumlah vaksinasi harian yang didistribusikan telah turun dari rekor 4,3 juta pada hari Senin menjadi 2,9 juta pada hari Rabu. Menteri Kesehatan India Rajesh Tope menyatakan negara tidak memiliki cukup dosis vaksin di berbagai pusat vaksinasi. Bahkan petugas harus memulangkan peserta vaksin karena kekurangan dosis. 

“Saat ini kami memiliki 1,4 juta dosis vaksin yang akan habis dalam tiga hari ke depan. Kami mendesak agar 4 juta lebih dosis vaksin per minggu. Saya tidak mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak memberi kami vaksin tetapi kecepatan pengiriman vaksin lambat,” terang Rajesh. 

Hal ini kontra dengan status India sebagai salah satu produsen Covid-19 terbesar di dunia. Salah satu dari dua produsen di negara itu, Serum Institute of India (SII) mengakui keprihatinan dalam kecepatan memproduksi dosis untuk 1,38 miliar warga India.

Pada hari Rabu, SII juga meminta £ 292 juta dari pemerintah India untuk meningkatkan produksi bulanan dari 65 juta dosis menjadi 100 juta dosis untuk memenuhi permintaan. 

Pemerintah India telah mengekspor setidaknya 60 juta dosis terutama ke negara-negara di Asia Selatan.  Langkah itu diambil sebagai diplomasi vaksin untuk melawan pengaruh China yang semakin besar, dan mungkin telah meremehkan permintaan domestik.

Selanjutnya: Program bantuan vaksin COVAX telah berhasil menjangkau lebih dari 100 negara




TERBARU

[X]
×