Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Badan iklim PBB, atau United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), kembali memperingatkan tingginya ancaman perubahan iklim terhadap kehidupan Bumi.
Sekretaris Eksekutif UNFCCC, Simon Stiell, mengatakan bahwa manusia hanya memiliki waktu dua tahun untuk bisa menyelamatkan dunia dari ancaman kerusakan iklim.
"Umat manusia hanya punya waktu dua tahun lagi untuk menyelamatkan dunia dengan membuat perubahan dramatis dalam cara mereka mengeluarkan emisi yang memerangkap panas. Mungkin terdengar melodramatis, namun tindakan dalam dua tahun ke depan adalah hal yang penting," kata Stiell dalam pidatonya di lembaga think tank Chatham House di London hari Rabu (10/4), dikutip Euro News.
Baca Juga: Ingin Tingkatkan Akuntabilitas, Bank Dunia Gunakan Indikator Penilaian Baru
Dirinya menambahkan, upaya menghadapi perubahan iklim tidak hanya harus dilakukan oleh orang-orang yang berkuasa saja, tetapi seluruh orang yang tinggal di Bumi.
Negara-negara di dunia menghadapi tenggat waktu pada tahun 2025 untuk menyusun rencana baru dan lebih kuat guna mengekang polusi karbon.
Menurut data otoritas lingkungan Amerika Serikat, tingkat karbon dioksida dan metana di udara tahun lalu mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Para ilmuwan menghitung bahwa emisi karbon dioksida dunia melonjak 1,1%.
Stiell mengatakan, mengurangi polusi bahan bakar fosil adalah salah satu cara memulihkan perubahan iklim.
Baca Juga: Ekspansif, Mobil Listrik Murah China Menyerbu Pasar Amerika Serikat, Tesla Terancam
"Jika emisi karbon dioksida dan metana dari pembakaran batu bara, minyak dan gas alam terus meningkat atau tidak mengalami penurunan, hal ini akan memperparah kesenjangan antara negara dan komunitas terkaya dan termiskin di dunia yang diperburuk oleh perubahan iklim," lanjut Stiell.
Stiell menyarankan agar ada peningkatan besar dalam pendanaan program iklim dunia, termasuk memberikan keringanan utang bagi negara-negara yang paling membutuhkannya.
Stiell mengajak berbagai kelompok seperti bank, Organisasi Maritim Internasional (IMO), serta G20 yang bertanggung jawab atas 80% emisi yang memerangkap panas di dunia.
Baca Juga: WTO: China Gugat Kebijakan Tax Credit AS untuk Kendaraan Listrik & Energi Terbarukan
"Kepemimpinan G20 harus menjadi inti solusi, seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan besar," pungkasnya.
Pesan Stiell ini disampaikan menjelang pertemuan Bank Dunia dan lembaga pembangunan multinasional besar lainnya.
Dalam pertemuan itu, sekelompok negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Barbados Mia Mottley dan Presiden Kenya William Ruto akan mendorong reformasi besar-besaran dalam sistem pinjaman uang kepada negara-negara miskin, terutama negara-negara yang terkena bencana terkait iklim.